Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Berita UtamaKabupaten Pesisir SelatanTERBARU

62 Unit Keramba Jaring Apung di Kawasan Mandeh akan Dipindakan ke Sungai Bungin

517
×

62 Unit Keramba Jaring Apung di Kawasan Mandeh akan Dipindakan ke Sungai Bungin

Sebarkan artikel ini

PESSEEL, RELASIPUBLUK –  Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) segerah memindahkan 62 unit keramba jaring apung dari perairan Kawasan Madeh, Kecamatan Koto XI Tarusan ke perairan Sungai Bungin, Kecamatan Batang Kapas.

Upaya itu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat nelayan dalam melakukan budidaya ikan kerapu di perairan Kampung Sungai Bungin sesuai  potensi yang dimiliki.

Kepala Dinas Perikanan dan Pangan Pessel, Firdaus, mengatakan Selasa (14/6) bahwa kerambah jaring apung yang dipindah itu merupakan bantuan hibah dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia (RI) selama rentang waktu 2013-2015.

“Karena di lokasi lama pemanfaatannya kurang maksimal oleh masyarakat nelayan, sehingga kami pindahkan ke perairan Sungai Bungin,” katanya.

Dia menjelaskan bahwa pemanfaatan keramba jaring apung itu tidak maksimal di perairan Kawasan karena disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu diantaranya karena tidak adanya kelanjutan budidaya oleh kelompok nelayan yang ditunjuk di lokasi itu.

“Setelah bantuan habis, semua kegiatan pembudidayaan pun berakhir, daripada keramba jaring apung tidak digunakan di lokasi yang lama, maka kami putuskan untuk dipindahkan ke Sungai Bungin,” jelasnya.

Dia menambahkan bahwa di Sungai Bungin itu nanti, proses awal budidaya yang akan dilakukan oleh kelompok nelayan, akan dibantu melalui anggaran pokok pikiran (pokir) Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).

“Selain bibit, nelayan nantinya juga akan akan dibantu pakan. Sesuai rencana anggaran itu akan direalisasikan tahun ini,” ungkapnya.

Dia menjelaskan bahwa ikan kerapu hasil budidaya nelayan asal daerah itu sekarang penjualannya telah menembus pasar negara di Asia seperti Hongkong dan Singapura, harganya pun sangat menjanjikan secara ekonomi.

“Jika dulu hanya ikan kerapu jenis Bebek yang dalam keadaan hidup yang berharga tinggi, namun belakangan yang mati pun harganya cukup baik yakni Rp 420 ribu per kilogram, padahal sebelumnya dalam keadaan hidup harga per kilogram hanya Rp 400 ribu. Ini tentu sangat menguntungkan secara ekonomi, dan diyakini akan membuat masyarakat nelayan akan bisa hidup sejahtera nantinya,” ungkap Firdaus lagi.

Dia mengatakan bahwa melakukan budidaya ikan kerapu memang membutuhkan ketekunan, kesabaran, serta juga keseriusan.

“Saya katakan demikian, sebab mulai dari penyebaran bibit hingga masa panen, dibutuhkan waktu hingga 12 bulan. Selain itu, tingkat kematian ikan juga tinggi, dan jika tidak telaten maka pembudidaya akan merugi, berikutnya jika perawatan tidak maksimal maka pada saat memasuki masa panen berat ikan juga  akan kurang ideal,” tutupnya.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *