PADANG,RELASIPUBLIK – Dinilai berhasil mencapai 100% indikator Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS) atau Open Defecation Free (ODF) di Kota Padang Panjang, Pimpinan Pusat (PP) Himpunan Ahli Kesehatan Indonesia (HAKLI) berikan penghargaan kepada Wali Kota, H. Fadly Amran, BBA Datuak Paduko Malano.
Penghargaan tersebut diserahkan Ketua HAKLI Pusat, Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes kepada wali kota diwakili Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Yas Edizarwin, S.H dalam acara Seminar Nasional dan Pelantikan Pengurus HAKLI Provinsi Sumatera Barat di Auditorium Poltekkes Kemenkes RI, Kota Padang, Sabtu (10/9).
Yas Edizarwin mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada HAKLI yang telah memberikan penghargaan. Ia juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah berperan aktif dalam membantu mewujudkan akses sanitasi yang layak untuk masyarakat yang sehat dan aman.
“Kami berharap, dengan penghargaan ini Kota Padang Panjang bisa meningkatkan prestasinya. Semoga tahun berikutnya dapat mewujudkan sebagai kota ODF dengan lima pilar sekaligus,” sebutnya.
Lima pilar tersebut, terangnya, yaitu stop BABS, Mencuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air yang mengalir, mengelola air minum rumah tangga, mengelola sampah rumah tangga, dan mengelola limbah cair rumah tangga.
“Semoga dengan dukungan OPD dan pihak terkait serta masyarakat yang sadar akan perilaku hidup bersih dan sehat, Padang Panjang bisa mencapai ODF 5 Pilar,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), dr. Faizah menjelaskan, guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk stop buang air besar sembarangan, pihaknya memiliki beberapa langkah dan program.
“Dinkes memiliki kegiatan namanya pemicuan. Kita memberikan sosialisasi dan mengajak masyarakat untuk bisa membuat WC dengan septic tank-nya secara mandiri dengan syarat-syarat yang memenuhi standar,” ungkap Faizah via WhatsApp kepada Kominfo.
Di samping itu, pihaknya juga melakukan penyuluhan tentang dampak buang air sembarangan yang dilakukan di sungai/tali bandar, atau warga yang rumahnya sudah memiliki WC tapi pembuangannya ke perairan terbuka yang bagian hilirnya dimanfaatkan masyarakat lain seperti untuk tabek, sawah dan lain-lain.
“Jadi kami dari Dinkes mencontohkan kepada masyarakat seandainya kita yang mendapatkan air yang sudah dikontaminasi oleh BAB orang lain bagaimana rasanya. Hal ini untuk menumbuhkan rasa kesadaran dan memobilisasi masyarakat untuk terlibat dalam penyediaan layanan sanitasi berkelanjutan berbasis masyarakat. Sehingga lingkungan pemukiman bebas dari pencemaran tinja manusia,” tuturnya.(***)