Berita UtamaKabupaten DharmasrayaTERBARU

JADI PEMATERI KULIAH UMUM DI UNIVERSITAS ANDALAS, SUTAN RISKA PAPARKAN STRATEGI PELESTARIAN KEBUDAYAAN DAERAH

162
×

JADI PEMATERI KULIAH UMUM DI UNIVERSITAS ANDALAS, SUTAN RISKA PAPARKAN STRATEGI PELESTARIAN KEBUDAYAAN DAERAH

Sebarkan artikel ini

DHARMASRAYA, RELASIPUBLIK – Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan memberikan kuliah umum sekaligus sebagai narasumber di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, dalam rangka Dies Natalis Fakultas Ilmu Budaya (FIB) ke-40 dan Unand ke-66. Tema yang diusung dalam kuliah umum ini adalah Strategi Pemerintah Daerah Dalam Upaya Pelestarian Kebudayaan Daerah.

Kegiatan dilaksanakan di Ruang Seminar Fakultas Ilmu Budaya, Kamis, (15/09/22), dihadiri Rektor Universitas Andalas, Yuliandri, Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Herwandi, dan seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya.

Bupati Dharmasraya yang juga Ketua Umum APKASI itu memaparkan penjelasannya dihadapan seluruh mahasiswa FIB tentang strategi pemerintah daerah dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah. Bahwa kebudayaan daerah Kabupaten Dharmasraya memiliki penduduk multietnis, antara lain etnis Minangkabau, Jawa, Sunda dan Batak. Di Dharmasraya juga merupakan salah satu potensi kekayaan budaya yang bisa dikembangkan, salah satunya melalui event budaya yang dapat dijadikan daya tarik kunjungan wisata dan pelestarian budaya yang ada di Kabupaten Dharmasraya.

“Selain kekayaan multi etnis, Dharmasraya juga memiliki kekayaan budaya sejarah sehingga kedepannya perlu adanya usaha yang lebih dalam penetapan dan pengelolaan kekayaan budaya sejarah, sehingga kedepannya perlu adanya usaha yang lebih dalam penetapan dan pengelolaan kekajaan budaya sejarah. Sesuai dengan kewenangan daerah, terutama dalam pelestarian dan pengelolaan cagar budaya atau wisata sejarah yang ada di kawasan cagar budaya,” beber Sutan Riska saat memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa FIB Universitas Andalas.

Selain itu, Bupati juga menjelaskan tentang maksud tujuan dan sasaran dari upaya pelestarian sejarah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Dharmasraya. Maksud dari upaya pelestarian sejarah tersebut yaitu Pemkab Dharmasraya ingin agar nilai-nilai luhur budaya yang ada dalam suatu tradisi budaya dapat tetap dipertahankan, walaupun telah melalui proses perubahan bentuk budaya. Dengan tujuan, agar dapat menjaga keberadaan budaya itu sendiri sebagai warisan dari nenek moyang kepada generasi penerus yang akan datang.

“Sedangkan sasaran dari upaya pelestarian adalah, untuk meningkatkan pemahaman dan penerapan nilai-nilai adat dan budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, banyak isi strategis kebudayaan daerah yang berkembang saat ini. Seperti ketidaktahuan masyarakat tentang kebudayaan yang ada di tengah masyarakat. Ketidaktahuan masyarakat tentang pelindungan benda-benda cagar budaya, sedikitnya tokoh masyarakat yang mengetahui dan peduli tentang warisan budaya, minimnya sarpras di masyarakat untuk pembinaan kebudayaan daerah, kurangnya pembinaan terhadap kebudayaan ditengah masyarakat dan pengaruh teknologi modern dan kurangnya event kebudayaan,” terang Bupati lagi.

Oleh karena itu, Pemkab Dharmasraya melalukan strategi pelestarian budaya daerah dengan cara pemeliharaan menjaga keberlanjutan kebudayaan sebagai warisan, pengembangan untuk meningkatkan memperkaya dan menyebarluaskan kebudayaan. Dan dengan cara pemanfaatan pendayagunaan objek pemajuan kebudayaan untuk memperkuat ideologi sosial dan budaya. Selain itu melakukan sosialisasi tentang pentingnya pengembangan dan pelestarian budaya lokal, mengajak masyarakat untuk membangkitkan kembali kebudayaan lokal yang ada, dan membentuk kelompok pengembangan kebudayaan generasi muda.

“Banyak yang kita lakukan untuk mempertahankan kebudayaan yang ada di Kabupaten Dharmasraya dengan cara, mengenalkan kembali kebudayaan yang sebelumnya hanya diketahui beberapa orang atau kelompok. Menjadi sebuah informasi public sebagai identitas daerah. Melestarikan kebudayaan tersebut dengan cara menghidupkan kembali sangar, pagayuban, teater, gelanggang hingga mengembalikan gungsi rumah gadang. Dan membiasakan agar menjadikan adat, sejarah, kesenian, kuliner dan cerita bukan lagi sebagai tontotan tetapi aktif sebagai pelakunya,” tegas Bupati lagi.

Selain itu juga, Pemkab Dharmasraya melakukan berbagai promosi untuk meyebarkan tentang kebudayaan daerah yang baik berskala lokal, daerah maupun nasional dan internasional melalui media online dan offline, event kebudayaan lokal dan event kebudayaan daerah tingkat nasional. Dengan begitu pemerintah bisa mengarahkan kebijakan dengan cara, pembinaan nagari beradat dan berbudaya, pembinaan penggiat, pelaku dan pranata kesenian, pelaksanaan festival seni daerah, pembinaan dan peningkatan kapasitas pemangku kelembagaan adat. Pelaksanaan festival budaya daerah, fasilitasi dan pengusulan warisan budaya. Inventarisasi cagar budaya daerah dan perlindungan pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya.

“Dari situlah kita dapat melakukan penguatan sektor kesenian dengan cara, pendampingan dan pembinaan sanggar seni dan pelaku seni, mendokumentasikan data kesenian daerah yang telah ada. Penyediaan ruang ekspresi atau wadah kegiatan atau event kesenian, fasilitasi kegiatan pelatihan SDM kesenian baik local daerah maupun nasional. Dan memberikan bantuan pendanaan berupa peralatan dan kebutuhan kesenian hingga Rp.350 juta,” jelasnya lagi.

Bahkan untuk penguatan sektor pelestarian dan pengelolaan cagar budaya Pemkab Dharmasraya memberikan bantuan renovasi dan revitalisasi 171 rumah gadang hingga Rp.10 milyar. Keberlanjutan ekskavasi candi kerjasama dengan BPCB, penetapan warisan budaya benda dan tak benda. Serta pembentukan tim ahli cagar budaya kabupaten. Dengan sasaran pencapaian dari itu semua adalah untuk meningkatnya pelestarian seni daerah, meningkatnya fungsi adat dalam kehiudpan masyarakat, meningkatnya pelestarian warisan budaya dan meningkatnya pelestarian cagar budaya.

Selain memberi kuliah umum, Sutan Riska dalam kesempatan itu tak lupa memberi motivasi kepada mahasiswa untuk berani bermimpi untuk membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Sutan Riska menceritakan bagaimana awal dirinya terjun ke dunia politik saat mencalonkan diri menjadi bupati. Ia yang saat itu baru berusia 26 tahun dipandang sebelah mata oleh segelintir pihak, karena masih dianggap terlalu muda untuk membawa perubahan.

“Mimpi, tekad dan kerja nyata kita telah membalikkan pandangan remeh itu menjadi apresiasi. Alhamdulillah, hasil kerja kita sudah bisa dinikmati orang banyak”, tuturnya.

Baginya muda tidak masalah, terpenting punya visi yang jelas untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan.

Kuliah umum yang disampaikan Sutan Riska disambut antusias para civitas akademika Universitas Andalas. Hal itu dibuktikan dengan penuhnya Aula tempat berlangsungnya acara.

Selain itu, paparan yang disampaikan Sutan Riska juga mendapat tanggapan postitif, baik dari kalangan mahasiswa maupun dosen FIB. Sejumlah pertanyaan juga disampaikan peserta, dan dijawab Sutan Riska untuk menambah khasanah para mahasiswa (JP )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *