BeritaKabupaten SolokTERBARU

Ilau Salayo: Sebuah Tradisi yang Berawal dari Kesedihan Menjadi Seni Budaya

195
×

Ilau Salayo: Sebuah Tradisi yang Berawal dari Kesedihan Menjadi Seni Budaya

Sebarkan artikel ini

Kab.Solok, relasipublik – Ilau, sebuah tradisi unik yang berasal dari Nagari Salayo, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Sumatra Barat, kembali menarik perhatian. Tradisi ini merupakan sebuah ratok atau ungkapan dukacita atas meninggalnya seorang kerabat/keluarga yang merantau dan tidak dapat dibawa pulang ke kampung halaman.

Menurut Ketua Bundo Kanduang Nagari Salayo, Bundo Hj Marliusna Jamin, tradisi Ilau bermula pada tahun 1965 ketika seorang putra terbaik Salayo yang merupakan duta besar Indonesia untuk Filipina meninggal di Manila. Karena jenazahnya tidak dapat dibawa pulang, keluarga di Salayo dan bako (keluarga dari pihak ibu) di Solok melakukan Ilau sebagai bentuk penghormatan terakhir.

Tradisi ini dulunya cukup umum dilakukan di Salayo, namun seiring perkembangan zaman dan pemahaman agama yang semakin mendalam, Ilau mulai ditinggalkan. Kini, Ilau dilestarikan sebagai sebuah seni budaya oleh para Bundo Kanduang Nagari Salayo.

“Harapan kami, tradisi Ilau ini tidak hilang dan tetap dipertahankan sebagai warisan budaya turun temurun oleh generasi penerus,” ujar Bundo Hj Marliusna Jamin. dilansir relasipublik sumbar. Salayo, Kamis (1/3/24).

Wirasto SH, Pamong Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok, mengatakan bahwa Ilau Salayo merupakan salah satu mata budaya yang diusulkan untuk ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI).

“Ilau Salayo juga memiliki kemiripan dengan tradisi Ilau di Nagari Sumani, namun dengan tema dan bentuk yang berbeda. Selain diusulkan sebagai WBTBI, Ilau Salayo juga akan didaftarkan ke Kemenkumham sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK),” jelas Wirasto.

Upaya pelestarian tradisi Ilau Salayo menunjukkan komitmen masyarakat Salayo dalam menjaga warisan budaya leluhur. Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol penghormatan kepada orang yang meninggal, tetapi juga memperkuat nilai kekeluargaan dan identitas budaya masyarakat Minangkabau. (A2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *