Padang,relasipublik – Sampah plastik merupakan masalah lingkungan yang akut di dunia, termasuk di Indonesia dan Kota Padang. Malah, Indonesia merupakan negara dengan produksi sampah plastik nomor 2 di dunia dan negara dengan penanganan sampah yang buruk (UNEP, Program Lingkungan PBB).
Dengan produksi sampah 70 juta ton pada tahun 2022, sekitar 17% diantaranya adalah sampah plastik semakin memperburuk keadaan dimana Indonesia lemah dalam hal pengelolaan sampah dibanding negara ASEAN lain seperti Vietnam, Thailand dan Malaysia. Parahnya, sebagian sampah plastik tersebut dibuang ke laut. Sampah plastik adalah perusak lingkungan karena menjadi pencemar tanah dan laut. Selain sulit terurai, sampah plastik juga menimbulkan toksit yang bersifat karsinogenik dan waktu penguraian mencapai ratusan tahun.
Fenomena “booming” sampah plastik juga dihadapi oleh masyarakat BungusTeluk Kabung, Kota Padang. Sampah plastik telah mengotori lingkungan, sungai bahkan pantai di bungus yang merupakan objek wisata andalan.
Menyikapi hal tersebut, Tim Ecobrick Universitas Negeri Padang yang dipimpin oleh Dr. Nofrion, M. Pd dari Departemen Geografi, FIS UNP melakukan sosialisasi dan pelatihan pengelolaan sampah plastik dengan metode “Ecobrick” kepada masyarakat Bungus Teluk Kabung seperti Kepala Sekolah dan Peserta Didik, Majelis Taklim, KNPI dan Karang Taruna, MUI, KAN, Lurah serta organisasi pemuda dan mahasiswa.
Kegiatan ini dilaksanakan di ruang pertemuan Kantor Camat Bungus Teluk Kabung pada tanggal 11 Januari 2024 yang juga dihadiri oleh Kapolsek, Danramil Bungus Teluk Kabung, perwakilan Pertamina dan PLTU Teluk Sirih.
Dr. Nofrion, M. Pd dalam sesi paparannya menjelaskan,” bahwa metode Ecobrick memang bukan metode baru namun telah terbukti bermanfaat dalam mengurangi paparan sampah plastik terhadap lingkungan.
Dosen UNP yang pada tahun 2018, tulisannya tentang Ecobrick menjadi salah satu pemenang Lomba Esai Lingkungan dalam Hari Pers Tingkat Nasional tersebut menguraikan konsep “KKS” dalam pengelolaan sampah plastik. KKS ini adalah pengelolaan sampah plastik berbasis K (keluarga), K (Komunitas) dan S (Sekolah).
Setiap peserta didik di rumah masing-masing menyediakan TPSPS (tempat pengumpulan sampah plastik sementara). Sampah plastik dalam bentuk botol minuman menjadi wadah pengumpulan sampah plastik berupa bungkus makanan/minuman, sabun, shampoo dan lain-lain.
Semua sampah tersebut dalam keadaan kering dimasukkan ke dalam botol dan dipadatkan. Dalam riset sederhananya, Dr. Nofrion, M. Pd menemukan bahwa satu anak usia SD dalam sebulan akan menghasilkan 1 – 2 botol minuman 600 ml sampah plastik selama sebulan atau sekitar 300 – 600 gram sampah plastik/bulan.
Botol yang sudah penuh dan padat dibawa ke sekolah, dikumpulkan dan selanjutnya akan dirakit menjadi berbagai macam produk layak pakai seperti kursi, meja, hiasan dan pembatas taman bahkan bisa dijadikan pagar, merek dan gapura sekolah.
Sementara itu Camat Bungus didamping Kapolsek dan Danramil Bungus Teluk Kabung menyampaikan,” terima kasih kepada Tim Ecobrick UNP yang telah melaksanakan kegiatan edukasi kepada masyarakat Bungus Teluk Kabung,”ucapnya.
Sesuai dengan kesepakatan antara peserta pelatihan dengan Tim Ecobrick UNP serta Camat, pada bulan pertama, peserta yang mengikuti pelatihan hari ini akan melakukan sosialisasi di tempat kerja masing-masing dan membentuk tim Task Force. Bulan ke dua, dilanjutkan dengan kegiatan monitoring kegiatan dan pendampingan pembuatan produk Ecobrick.
Bulan berikutnya akan dilakukan persiapan lomba kreativitas Ecobrick dan puncaknya nanti dalam rangka Hari Tanpa Kantong Plastik (Plastic Bag Free Day) tanggal 3 Juli akan diumumkan pemenang lomba kreativitas Ecobrick sebagai apresiasi dan motivasi bagi masyarakat yang telah berkontribusi dalam mengelola sampah plastik di lingkungannya.(hms unp)