Berita UtamaOpiniPendidikanTERBARU

Mewujudkan Pendidikan Inklusif : Menakar Efektivitas Kebijakan Pendidikan Inklusif Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di Kota Payakumbuh

100
×

Mewujudkan Pendidikan Inklusif : Menakar Efektivitas Kebijakan Pendidikan Inklusif Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di Kota Payakumbuh

Sebarkan artikel ini
Foto Pijar Qolbun Sallim (Dok PQS)

Oleh: Pijar Qolbun Sallim

Berdasarkan data dari direktorat pembinaan guru dikmen dan diksus direktorat jendral guru dan tenaga pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan tahun 2022, menunjukkan hanya 7% anak disabilitas di Indonesia yang bersekolah di sekolah Inklusif. Kesempatan bagi anak disabilitas untuk mendapatkan pendidikan, baik di sekolah luar biasa maupun di sekolah umum Inklusif, masih sangat terbatas. Ketimpangan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi pemerintah Indonesia.

Pendidikan Inklusif adalah upaya mulia untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan menjunjung tinggi kesetaraan serta memberikan kesempatan yang sama bagi setiap individu, meskipun mereka memiliki latar belakang yang berbeda, seperti karakteristik, kondisi fisik, kemampuan kognitif, kepribadian, status sosial, suku, etnis, agama, hingga identitas kelompok tertentu tidak boleh menjadi penghalang untuk meraih kesempatan yang setara. Pendidikan Inklusif lahir dari ide dan gagasan luhur tentang bagaimana memberikan langkah awal yang adil bagi semua anak, terutama dalam belajar bersama di ruang kelas yang sama. Lebih dari sekadar kebijakan, Inklusif adalah filosofi yang mendalam dan menganut nilai kemanusiaan yang tinggi, hal ini menegaskan bahwa ruang kelas dan ruang bermasyarakat tidak akan lengkap tanpa kehadiran dan keterlibatan anak-anak yang memiliki keunikan dan kebutuhan khusus. Filosofi ini mengajarkan kita bahwa setiap anak, dengan segala perbedaannya, berhak mendapatkan cinta, perhatian, dan kesempatan yang sama untuk berkembang dan berprestasi.

Inklusif bukan hanya tentang membaurkan anak-anak dalam satu ruangan, tetapi juga tentang menciptakan suasana yang penuh kasih sayang, saling menghormati, dan mendukung satu sama lain. Dalam ruang yang Inklusiff, setiap anak diajarkan untuk memahami dan merayakan perbedaan, melihat keunikan sebagai kekayaan, dan tumbuh bersama dalam harmoni yang indah. Dalam masyarakat yang Inklusiff, setiap individu dihargai bukan karena keseragaman, tetapi karena keunikan mereka. Kolaborasi dan toleransi menjadi dasar dari setiap interaksi, menciptakan harmoni dalam keberagaman. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan Inklusiff akan belajar untuk menghargai dan mencintai satu sama lain, memahami bahwa setiap orang memiliki nilai yang sama.

Ketika nilai-nilai Inklusif menjadi prinsip yang dijunjung tinggi, maka hal tersebut akan menciptakan lingkungan yang memahami bahwa perbedaan bukanlah sumber konflik, melainkan kekuatan yang menyatukan. Inklusif membuka jalan bagi kita untuk hidup berdampingan dalam damai, menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi setiap anak. Seperti lukisan yang belum selesai, ruang kelas dan masyarakat kita hanya akan mampu mencapai keindahan dan harmonisasi yang sejati ketika setiap warna, setiap goresan yang unik, hadir dan saling melengkapi. Pada hakikatnya, Inklusif mengajak kita untuk memanusiakan manusia dan memuliakan nilai serta martabat setiap individu, sebagaimana yang telah Tuhan ciptakan dengan sempurna. Implementasi atau penerapan pendidikan Inklusif telah menjadi agenda eskalasi internasional yang berakar pada tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Visinya adalah memastikan bahwa semua anak, tanpa terkecuali, dapat menikmati hak atas pendidikan, kehidupan sosial, dan perkembangan yang holistik. Pendidikan Inklusif berkomitmen untuk menerapkan kualitas dan standar terbaik di setiap jenjang pendidikan, menjamin bahwa tidak ada anak yang tertinggal (no one leave behind) dalam perjalanan mereka menuju masa depan yang cerah dan sejahtera.

Kota Payakumbuh telah menunjukkan kemajuan dalam pengembangan pendidikan Inklusif. Pemerintah telah membangun SLB Centre yang berfungsi sebagai pusat sumber pendidikan Inklusif, mengatasi kekurangan tenaga pendidik pendamping. Saat ini, Kota Payakumbuh memiliki 10 Sekolah Luar Biasa (SLB) dan 104 sekolah reguler yang telah dipersiapkan untuk melaksanakan pendidikan Inklusif. Jumlah ini sangat memadai untuk memfasilitasi anak berkebutuhan khusus (ABK) di Payakumbuh, dan persentasenya lebih baik dibandingkan beberapa daerah lain di Sumatera Barat.

Namun demikian, berdasarkan riset lapangan yang telah dilakukan oleh Mahasiswa Ilmu Politik melalui program kreativitas mahasiswa Riset Humaniora (PKM-RSH) Universitas Andalas, ditemukan bahwa pengaruh kebijakan pendidikan Inklusif untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di kota Payakumbuh masih kurang efektif dan kurang berdampak terhadap kualitas proses belajar mengajar terhadap ABK di Kota Payakumbuh. Hal tersebut disebabkan oleh tiga faktor utama, yakni kurangnya ketersediaan guru yang memiliki keterampilan khusus dalam disiplin ilmu pendidikan Inklusif di sekolah-sekolah negeri di Kota Payakumbuh, kurangnya fasilitas sarana pra sarana penunjang proses belajar mengajar untuk ABK, serta kurangnya andil dan sosialisasi dari pemerintah dalam mengawasi dan mengevaluasi kualitas pendidikan Inklusif di Kota Payakumbuh.

Untuk memperbaiki kondisi ini, perlu adanya peningkatan dari ketiga aspek tersebut. Pemerintah harus lebih proaktif dalam menggerakkan program ini, menyediakan guru spesialis, melengkapi fasilitas penunjang, dan memastikan setiap sekolah negeri dapat mengimplementasikan pendidikan Inklusif dengan baik. Hanya dengan langkah-langkah ini, program pendidikan Inklusif di Payakumbuh dapat berjalan dengan efektif dan menyeluruh, memberikan manfaat maksimal bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Komitmen dan keseriusan Pemerintah Kota Payakumbuh dalam pelaksanaan program pendidikan Inklusif harus benar-benar diwujudkan melalui aktualisasi dan implementasi yang konkret. Tanggung jawab besar yang disematkan di pundak Kota Payakumbuh sebagai kota rujukan pendidikan Inklusif harus mampu menjawab tantangan dan kesungguhan dalam penerapannya. Saat ini, masih banyak pembenahan yang perlu dilakukan oleh pemerintah kota untuk menjaga keberlangsungan upaya menciptakan kesetaraan dan harmoni dalam dunia pendidikan. Dalam konteks kemanusiaan, perhatian khusus harus diberikan kepada anak-anak yang terlahir dengan keunikan agar memungkinkan mereka berkembang dan menjalani kehidupan yang setara seperti anak-anak pada umumnya. Pendidikan Inklusif bukan hanya sebuah kebijakan, tetapi juga sebuah filosofi yang menghargai setiap individu, mengakui keunikan mereka, dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal.

Untuk itu, pemerintah kota harus memperlihatkan keseriusan melalui tindakan nyata: melatih dan menempatkan guru-guru spesialis di sekolah-sekolah negeri, menyediakan fasilitas penunjang yang memadai, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan Inklusif. Kesetaraan dan harmoni hanya dapat tercipta jika semua pihak bekerja sama dan bersinergi dengan penuh dedikasi dan komitmen yang tinggi. Dengan demikian, Payakumbuh akan benar-benar menjadi kota Inklusif yang membanggakan, di mana setiap anak, tanpa terkecuali, dapat merasakan kasih sayang, penghargaan, dan kesempatan yang setara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *