Opini

Kembalikan Jalan Tuanku

186
×

Kembalikan Jalan Tuanku

Sebarkan artikel ini

Penulis : Rikha Anggraini, M.Pd (Geicha, A.R)

Jalan kita sejengkal berbeda,
disamakan pun langkah hitungannya tetap tak berjumpa.
Apa yg bisa kita harapkan kemudian tuan?

Bagimu pekat merah darahmu adalah harga mati yang tiada bisa dinegosiasi. Keingkaran nafsu manusia liar yang melukai kulud jiwamu, membuatmu seakan mati tak lagi berhati. Kau kemudian bergejolak, membabi buta, merongrong tiap jiwa yang tak lagi bisa kau kenali bau nya…

Aduh wahai tuanku tak penatkah jiwamu? aku tahu kau lelah, kau letih, kau mengingkari sanubari mu. Namun arogansi, keangkuhan yang tak sengaja kau bangun, tak ingin kau robohkan. Kau takut dianggap lemah oleh manusia-manusia ingkar..kau takut kembali dalam lumpuran darah dan airmata..kau mencoba tetap berdiri walau kakimu tak lagi kuat menopang beban dunia, yang kau artikan sebagai luka, yang bahkan tak dapat dimengerti oleh dirimu sendiri apalagi yang lainnya.

Sekali lagi ku katakan padamu oh tuanku..jiwamu telah rapuh, tandus dan gersang oleh permainan dunia..basahilah dengan wudhu dan lima kali adzan dan sunnahNya.

Temukan lagi jalan yang telah lama tak kau tapaki. Nur dan Alif kan tetap menunggu pada batang tubuh yang tersesat..dan kemudian aku..Akan menanti membasuh lukamu dengan air wudhuku seraya berucap lembut di pelipis ujung rambut “Ana uhibbuka fillah” ku serukan pada telingamu.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *