Oleh: Evellyn Ikhlasa Ramadhani
(Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Mirrorball adalah sebuah lagu karya seorang penyanyi dan penulis lagu terkenal berkebangsaan Amerika Serikat Taylor swift. Lagu ini merupakan salah satu lagu yang terdapat dalam studio album kedelapan, Folklore yang dirilis pada Juli 2020. Dalam penciptaan lagu yang penuh emosional ini ia bekerjasama dengan Aaron Dessner dari The National.
Dalam lagu mirrorball Taylor Swift menggunakan metafora dari bola kaca atau bola disko yang memantulkan cahaya keberbagai sudut ruangan, yang menggambarkan tentang perasaan ingin diterima atau seseorang yang haus pujian tetapi sebenarnya orang itu sangat rapuh dan sangat mudah terluka.
Istilah mirrorball awalnya digunakan untuk menggambarkan ketenaran namun kata ini memiliki arti yang beragam. Mengutip dari situs Berita hari ini, Dalam dokumenter Disney+ Folklore: The Long Pond Studio Sessions, Taylor Swift pernah mengatakan “Itu (mirrorball) adalah metafora untuk selebritas, tetapi juga metafora untuk banyak orang yang merasa harus bertindak, setiap orang harus bermuka dua.”
Lagu mirrorball secara keseluruhan berfokus pada kerentanan dan kebutuhan manusia untuk dicintai. Dalam liriknya Taylor Swift menggambaran seseorang yang berusaha bersinar dan mencolok bagi orang lain seperti bola cermin yang memantulkan cahaya keberbagai sudut.
Hal ini dapat bermakna ekspresi keinginan untuk menciptakan momen-momen indah meskipun dibalik itu ada ketidakpastian dan kekhawatiran akan kehilangan. Ini bukan hanya tentang kerentanan, tetapi juga tentang merangkul diri kita yang sebenarnya dan menemukan kekuatan dalam kerapuhan sehingga berhasil menciptakan ruang untuk refleksi dan diskusi tentang identitas penerimaan diri.
Disaat kita berada disekeliling orang-orang, kita cenderung mengubah diri kita untuk membuat orang lain bahagia. Hal tersebut dapat membuat kita merasa hampa atau merasa tidak utuh ketika kita berusaha terlalu keras untuk menyenangkan orang lain.
Kita dapat melihat diri kita sebagai bola cermin yang berkilauan yang dapat memantulkan keindahan dan kilauan kesekitar. Namun dibalik kecermelangan ini terdapat kerapuhan yang tidak terlihat bahwa bola cermin atau diri kita dapat pecah kapan saja, dan kecermelangan dapat berubah menjadi kehancuran dalam sekejap.
Kerapuhan tidak hanya terbatas pada diri sendiri tetapi juga pada hubungan dan pengalaman, bagaimana hubungan yang indah dapat berubah menjadi kehancuran dan kecermelangan dapat berubah menjadi kesedihan. Sebagaimana sebuah bola cermin memantulkan cahaya, menciptakan gambaran bagaimana kita sering merasa terpaksa untuk menyesuaikan diri demi mendapat pengakuan dan kasih sayang.
Dalam hal ini kecemerlangan tidak hanya tentang menjadi pusat perhatian, tetapi juga tentang bagaimana kita merefleksikan harapan dan keinginan orang-orang disekitar kita. Lirik seperti “I can change everything about me to fit in” menggambarkan konflik internal yang dialami banyak orang.
Kita sering merasa harus beradaptasi dengan ekspektasi orang lain, meskipun hal itu membuat kita kehilangan jati diri. Lagu ini menyentuh perasaan tersebut, menyoroti pentingnya mengakui kerentanan sebagai bagian dari pengalaman manusia.
Salah satu aspek yang manarik adalah bagaimana Taylor Swift menyoroti kecermelangan yang lahir dari kerapuhan, ini menunjukan bahwa ada kekuatan dalam menghadapi kelemahan kita. Dengan menerima bahwa kita tidak selalu kuat atau sempurna, kita sebenarnya menciptakan ruang untuk keaslian dan koneksi yang lebih dalam dengan orang lain.
“Menurutku membuat seseorang menyukai kita atau menjadi seseorang yang mencolok itu sangat melelahkan, karena apapun yang kita lakukan kita pasti akan selalau memikirkan bagaimana penilaian orang terhadap diri kita yang membuat kita tidak percaya diri dan itu dapat menghambat perkembangan diri karena saat kita ingin melakukan suatu hal ataupun mengambil tindakan kita merasa jika kita gagal pasti orang-orang akan mencemooh, padahal sebenarnya kegagalan yang terjadi dalam hidup itu sagat pentig untuk kita dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.” Ujar Adelia Valerian, mahasiswi Universitas Negeri Padang.
“Orang yang selalu butuh pujian biasanya mencari validasi dari orang lain untuk merasa lebih baik. Meski pujian bisa bikin mereka senang sejenak, itu nggak akan mengisi kekosongan yang sebenarnya ada dalam diri mereka.” Ujar Yara Neliza Apriliani, mahasiswi Universitas Andalas.
“Saat kita berusaha bersinar pasti kita akan selalu berusaha untuk menjadi sempurna agar kita selalu mendapatkan pujian dari orang-orang sekitar, tetapi ada kalanya lampu yang selalu bersinar terang suatu saat akan padam atau kehilangan sinar cahayanya.
Maka saat hal itu tiba kita akan merasa goyah karena biasanya kita yang selalu terlihat sempurna dan mendapat pujian tiba-tiba kita kehilangan semua hal itu dalam sekejap. Maka dari itu, menurutku dari pada mencari validasi dari orang lain tak ada salahnya kita harus belajar mencintai diri kita terlebih dahulu karena kita tidak harus menjadi sempurna untuk merasa dicintai.” Ujar Fani Deswita Putri, mahasiswi Universitas Andalas.
“Biasanya, orang yang selalu mencari pujian sebenarnya cuma ingin merasa dihargai dan diperhatikan. Mereka berharap pujian bisa bikin mereka lebih percaya diri. Tapi, ketika kebahagiaan kita tergantung pada apa yang orang lain katakan, hidup bisa terasa kosong. Sebenarnya, yang paling penting adalah belajar untuk mencintai diri sendiri dan menemukan kebahagiaan dari dalam diri kita tanpa mempedulikan pandangan orang lain terhadap kita.” Ujar Mutiara Syifa Azzahra, mahasiswi Universitas Putra Indonesia.
Menghadapi ketidakpastian adalah bagian dari kehidupan, dan mirrorball mengajak pendengarnya untuk merangkul perasaan tersebut. Kecermelangan dalam lagu ini muncul ketika kita dapat bersinar dengan cara kita sendiri, meskipun dalam keadaan rentan. “Mirrorball” adalah contoh sempurna dari bagaimana Taylor Swift mampu mengubah pengalaman pribadi menjadi sesuatu yang lebih besar dan lebih bermakna.
Dalam dunia yang sering kali menuntut kesempurnaan, lagu ini mengingatkan kita bahwa keindahan sejati terletak dalam ketulusan dan penerimaan diri. Dengan mengajak kita untuk merayakan kerapuhan, Taylor Swift telah menciptakan karya yang tidak hanya relevan, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk menemukan kecemerlangan dalam diri mereka sendiri.