Berita UtamaOpiniTERBARU

Ritual Mengerikan yang Memakan Korban Jiwa Setiap Tahun

112
×

Ritual Mengerikan yang Memakan Korban Jiwa Setiap Tahun

Sebarkan artikel ini

Oleh: Yara Neliza Apriliani
Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Budaya, Prodi Sastra Inggris

“The Lottery” adalah cerita pendek karya Shirley Jackson yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1948 di majalah The New Yorker. Cerita ini menggambarkan tradisi tahunan sebuah desa kecil yang melakukan sebuah “lotere,” namun dengan twist yang mengejutkan di akhir cerita.

Masyarakat yang hidup di desa ini melaksanakan sebuah ritual atau tradisi Lottery (lotre) setiap tahun pada setiap tanggal 27 Juni. Lotre merupakan ritual pengorbanan warga kota untuk memastikan panen yang baik.

Proses kegiatan ini dipimpin oleh Mr. Summers, tokoh setempat yang bertanggung jawab atas jalannya The Lottery. Acara ini dimulai dengan pembagian kertas kecil, kertas yang diberikan semuanya kosong, kecuali satu kertas yang ditandai dengan tanda hitam. Dan orang yang mendapatkan kertas itu yang akan menjadi korban.

Cerita ini dimulai dengan suasana pagi yang cerah di sebuah desa kecil.
Penduduk desa berkumpul di alun-alun untuk mengikuti sebuah lotere tahunan yang diadakan oleh desa. Walaupun suasana awal cerita tampak damai dan tenang, pembaca dengan cepat mulai merasa ada sesuatu yang aneh karena peraturan lotere tidak dijelaskan secara rinci dan orang-orang desa tampak gugup.

Setiap kepala keluarga diharuskan mengambil kertas undian dari sebuah kotak hitam tua. Dan ada satu keluarga yaitu keluarga Hutchinson yang menjadi pusat perhatian. Tessie Hutchinson, seorang ibu rumah tangga yang terpilih menjadi korban.

Saat Tessie membuka kertasnya, dan melihat tanda hitam itu dia langsung berteriak dan memprotes hasil undian itu. Namun, Tessie tidak dihiraukan oleh orang sekitar. Semua warga desa mulai mengelilingi Tessie dan mulai menyerangnya dengan melempari batu hingga tewas. Sungguh tragis sekali ritual ini.

Banyak pengamat yang mempertanyakan relevansi dan kemanusiaan dari praktik ini, tetapi warga desa bersikeras bahwa lotere adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

“Kami melakukannya setiap tahun, dan itu sudah menjadi kebiasaan. Tidak ada yang berani menentangnya,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya. Beberapa warga luar dan aktivis telah menyatakan keprihatinan atas praktik kekerasan yang dibalut dengan alasan tradisi ini.

Mereka menyerukan agar ritual ini segera diakhiri dan menggantinya dengan bentuk perayaan yang lebih manusiawi.Melalui alur cerita yang mengejutkan ini, Jackson menggambarkan betapa bahayanya ketika masyarakat mengikuti kebiasaan tanpa mempertanyakan moralitas atau tujuan di baliknya.

Cerita ini tetap relevan hingga saat ini karena mengingatkan kita untuk tidak menerima norma atau tradisi secara membabi buta, dan untuk selalu berpikir kritis tentang tindakan kita sebagai individu dan sebagai bagian dari masyarakat.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari the lottery ini adalah jangan terlalu berpegang teguh pada tradisi hingga mengorbankan tanggung jawab, etika, dan moral.

Yola merupakan seseorang siswi di sekolah menengah yang tertarik dengan cerita ini “Menurut saya kisah the lottery ini sangat mengejutkan dengan cara yang tidak biasa, karena terdapat tradisi yang tampaknya damai dan menyenangkan padahal sebenarnya berujung pada pengorbanan manusia.

Cerita ini menunjukkan bahwa betapa mudahnya masyarakat bisa berbalik untuk melawan seseorang yang dulu mereka cintai, bisa berbalik malah melakukan kekerasan ataupun kekejaman pada orang tsb.

Saya terkejut juga dengan suasana awal yang ceria dan akhir yang brutal, di mana Tessie Hutchinson, yang awalnya tampak seperti anggota masyarakat biasa, malah menjadi menjadi korban kekejaman. Cerita ini tentunya juga mengajak kita untuk dapat menghargai tradisi dan bagaimana cara masyarakat dapat dengan mudah berbalik melawan individu yang mereka cintai.” ujarnya.

Annesya merupakan seorang siswi di sekolah menengah Man 3 Pekanbaru “Setelah saya baca, the lottery bercerita tentang sebuah desa kecil yang melakukan ritual atau tradisi setiap tanggal 27 juni. lottery diartikan juga sebagai “lotere” yang arti nya memastikan panen yang baik serta membersihkan kota dari pertanda yang buruk.

Tetapi, the lottery memiliki akhir yang buruk pemenang dari lotere tersebut dirajam sampai mati oleh penduduk kota. Pelajaran yang bisa kita ambil dari the lottery ini adalah jangan terlalu berpegang teguh pada tradisi hingga mengorbankan tanggung jawab, etika, dan moral.” Ujarnya.

Selvi yang yang juga merupakan pembaca “Cerita ini menggambarkan sebuah komunitas kecil fiktif di Amerika yang menjalankan tradisi tahunan yang dikenal sebagai “the lottery”, yang bertujuan untuk memastikan panen yang baik dan membersihkan kota dari pertanda buruk.

Dan berkumpul setiap tahun untuk memilih seorang anggota secara kebetulan untuk dirajam sampai mati. Dalam cerita ini pelajaran moral yg dapat di ambil bahwa seseorang tidak boleh mengikuti tradisi secara membabi buta hanya karena tradisi itu sudah ada.” Ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *