PADANG,RELASIPUBLIK — Untuk tampil sebagai negara yang maju dan berkembang serta beradab, ternyata Republik Indonesia masih memiliki tantangan yang besar. Tidak saja tantangan secara internal tapi juga aecara eksternal yang selalu menggerus etika kehidupan berbangsa.
Hal itu disampaikan Anggota MOR RI, Drs. H. Darul Siska, dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR-RI, Optimalisasi Tahap I, Minggu (7/3/2021) di Aula Kantor Gubernur Sumbar.
Darul Siska yang juga Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI ini, membeberkan tantantang kebangsaan menurut TAP.MPR No. VI 2021, tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
Dijelaskan, masih rendahnya penghayatan dan pengamalan agama serta munculnya pemahaman ajaran agama yang keliru dan sempit, menjadi tantangan utama perkembangan negara ini. Apalagi sejak beberapa tahun belakangan ini, di tengah munculnya eforia beragama.
“Bagi sekelompok orang, ada yang anggapan bahwa yang islami itu adalah berjanggut, memakai celana cingkrang dan sebagainya. Mereka malah beranggapan bahqa hanya merekalah pemilik agama Islam, selebihnya hanya pemeluk. Sementara, secara umum kehidupan beragama yang kita kenal sejak turun temurun adalah saling menghargai satu sama lain, berpakaian yang pantas serta sopan santun dan menjalankan aturan dan sunnah nabi.
“Jadi, pengamalan agama itu akan terlihat dari prilaku kita dalam kehidupan sehari-hari, acuannya sunnah nabi, bukan dilihat dari janggut dan pakaian cingkrang, meski hal ini juga bagian dari itu,” ucap Darul Siska.
Selanjutnya yang menjadi tantangan bangsa ini, lanjut Darul Siska, pengabaian terhadap kepentingan daerah serta timbulnya fanatisme kedaerahan. Apalagi sejak diberlakukannya Undang Undang Otonomi Daerah (Otda), memunculkan fanatisme kedaerahan yang berlebihan. Kondisi ini jelas mencederai etika kebangsaan, dimana negara ini menganut kebhinekaan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
“Nah, fakto inilah yang mempengaruhi dan mengakibatkan kurang berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas kebhinekaan dan kemajemukan,” lanjut Darul Siska yang Anggota Komisi IX DPR RI (Bidang Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Kependudukan),
Faktor lain yang sangat memengaruhi dan menjadi tantangan kebangsaan serta mencederai etika kebangsaan adalah kurangnya keteladanan dalam sikap dan prilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa. Akibatnya, penghargaan terhadap pemimpin tersebut jadi berkurang, sekaligus akan merendahkan wibawa dirinya dan pemerintannya di mata masyarakat yang dipimpinnya.
“Apalagi dengan tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal, menyebabkan kehidupan berbangsa jadi tidak normal, karena aturan hukum yang dibuat, tidak bisa terlaksana. Apalagi pelanggaran hukum itu justru dilakukan oleh pemimpin itu sendiri sehingga meruntuhkan kepercayaan masyarakat,” ujarnya.
Terhadap berbagai tantangan kebangsaan itu, Darul Siska mengharapkan pers hadir memperlihatkan perannya untuk mencerdaskan masyarakat dengan informasi-informasi yang benar.
“Pers berperan penting dalam mengawal berjalannya etika kebangsaan. serta mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat dan akurat. Pers juga harus berperan dalan memperjuangkan keadilan dan kebenaran,” jelas Darul Siska.
Namun di faktor lain, kehidupan media di republik ini sedang megap-megap, karena berbagai regulasi, ditambah pandemi Covid-19 yang menyerang sektor perekonomian, termasuk media massa yang juga terimbas.
“Ini termasuk persoalan serius, dimana negara harus hadir menyelamatkan kehidupan media dan wartawannya, di tengah besarnya tuntutan terhadap peran media dalam mengawal kehidupan berbangsa ini,” ucap Darul.
Acara sosialisasi 4 pilar MPR RI ini dihadiri pukulan wartawan media cetak, online dan televisi yabg tergabung di berbagai organisasi kewartawan di Sumbar. (ms/ald)