Opini

Jacket Hijau Melawan Algoritma: Ojol, Wajah Baru Perlawanan Kelas Pekerja di Era Digital

24
×

Jacket Hijau Melawan Algoritma: Ojol, Wajah Baru Perlawanan Kelas Pekerja di Era Digital

Sebarkan artikel ini

Oleh : M. Jovan Fadlal

Mahasiswa Ilmu Politik Unand

 

Indonesia merupakan negara yang berhasil bangkit dari tindakan kolonialisme yang berkepanjangan. Kekompakkan yang diperlihatkan rakyat Indonesia mendorong keberhasilan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sehingga dapat dilihat bahwa ini bukan gerakan individu melainkan sebuah gerakan solidaritas kolektif seluruh elemen bangsa melawan penjajahan. Perasaan senasib dan semangat perjuangan dari suatu kelompok masyarakat dibagian daerah bisa dilihat dari gerakan – gerakan seperti pertempuran Surabaya dengan perlawanan arek – arek suroboyo terhadap pasukan inggris dan gerakan Bandung lautan api yang memperlihatkan peristiwa pembakaran kota Bandung oleh rakyat dan tentara agar tidak dimanfaatkan sebagai markas militer oleh Sekutu dan Belanda.

Gerakan ini menjadi faktor kemerdekaan Indonesia yang dilandasi solidaritas masyarakat atau perasaan senasib dari setiap elemen masyarakat.
Perjalanan Sejarah ini memberikan DNA gerakan sosial di Indonesia sehingga memberikan budaya bagi masyarakat Indonesia itu sendiri. Dapat kita lihat bahwa Solidaritas kolektif bukanlah lagi menjadi hal yang asing bagi bangsa ini, tindakan ini menciptakan pondasi pergerakan kemerdekaan yang dibangun atas dasar senasib sepenanggungan melawan penindasan kolonial. Dari semangat yang berbentuk sebuah gotong royong yang mampu menggerakkan tindakan perjuangan melawan musuh yang terlihat, kini semangat itu bertransformasi. Konteks ini dapat kita lihat dalam konteks Ojol, prinsip solidaritas yang menjadi historis itu menemukan perjuangannya lagi dengan relevansi baru. Mereka bersatu bukan karena satu pabrik, melainkan karena ancaman bersama dari “majikan” yang tidak terlihat atau yang bis akita sebut dengan algoritma. Realitas hidup di jalanan, di mana nasib satu pengemudi terikat pada nasib ribuan pengemudi lainnya, menciptakan identitas kolektif yang kuat, yang menjadi ciri utama Gerakan Sosial Baru.

Jika dilihat dalam konteks kelas pekerja tradisional yang diidentifikasi melalui tempat produksi (pabrik), Ojol diidentifikasi melalui atribut simbolis dan ruang publik yang menarik dengan keseragaman yang dimiliki yang sama dan mencirikhas. Jaket hijau lah yang menjadi sebuah simbol kelas baru ini dan mewariskan semangat solidaritas dalam kehidupan sehari – hari. Bermula dari adanya kesamaan nasib, waktu tunggu di basecamp, dan ancaman sistem yang sama menumbuhkan kesadaran kolektif yang cepat. Mobilisasi tidak lagi bergantung pada serikat buruh yang birokratis, melainkan melalui sarana gerakan sosial baru new social movement (GSB) yang dalam hal ini berkembang pada media sosial dan grup chat yang bersifat merata dan fleksibel. Ini memungkinkan bagi ribuan orang turun ke jalan dalam hitungan jam untuk merespons kebijakan ataupun kejanggalan yang dirasakan.

Pada dasarnya solidaritas terbentuk karena adanya kesamaan. Baik kesamaan dalam keadaan ataupun pekerjaan sehingga dari adanya kesamaan tersebut menciptakan rasa kepedulian antar satu sama lain sehingga menimbulkan rasa solidaritas yang kuat. Suatu kesatuan yang kuat ditimbulkan akibat adanya pembentukan kelompok-kelompok masyarakat yang didasarkan oleh kesamaan pekerjaan di karenakan sama-sama memiliki tujuan yang sama. Dengan adanya pengelompokan sesuai kesamaan pekerjaan dalam masyarakat, interaksi yang mereka hasilkan akan semakin intens mulai dari komunikasi yang terus-menerus berlangsung karena adanya keperluan dengan kawan-kawan satu profesi. Kontak sosial dari para pengemudi ojek online akan semakin terasa sehingga menimbulkan rasa pengertian antara satu sama lain dan saling tahu bagaimana susah senangnya menjadi seorang pengemudi ojek online.
Perlawanan ojol pun bersifat hibrida atau campuran, dimana ini bukan sekedar bentuk perlawanan non-tradisional, melainkan ini menciptakan konsep yang menggabungkan taktik klasik dan digital. Secara offline, mereka melakukan demonstrasi skala besar, menggunakan jalanan sebagai panggung politik untuk menuntut intervensi negara. Secara online, mereka melakukan hacking algoritma berbagi trik untuk meningkatkan pesanan, mematikan/menyalankan aplikasi serentak, atau membuat pesanan fiktif saat mogok. Ini adalah taktik GSB di era digital yang melawan kode dengan kode, menuntut keadilan tidak hanya dalam upah, tetapi juga dalam desain teknologi. Aksi – aksi yang dilakukan ojol dapat dilihat pada aksi 17 Februari 2025 mengenai THR, aksi 1812, aksi cabut Omnibuslow, dan yang aksi yang memperlihatkan kita solidaritas ojol adalah aksi menggruduk rumah mas – mas “pelayaraan”.

Perlawanan yang dilakukan oleh jaket hijau ini memberikan tantangan serius dan menjadi PR bagi negara. Undang-undang ketenagakerjaan kita sudah usang dan tidak mampu merangkul status pekerja lepas (gig worker). Selama ojol dipertahankan sebagai “mitra,” mereka akan terus berada di bawah bayang-bayang eksploitasi. Terdapat beberapa opsi yang bisa dilakukan seperti Mendefinisikan Ulang Status Kerja dengan negara harus menetapkan batas minimal perlindungan kerja (upah layak, jaminan sosial) bagi gig worker, terlepas dari status “mitra” mereka.

Langkah ini juga perlu didukung dengan adanya pengaturan algoritma yang harus ada intervensi pemerintah untuk menetapkan batas atas potongan komisi yang diperbolehkan dan memastikan transparansi dalam penentuan tarif. Algoritma tidak boleh menjadi “zona bebas” regulasi.

Gerakan Ojol mengajarkan kita bahwa digitalisasi tidak menghapus perjuangan kelas, melainkan hanya mengubah medan pertempurannya dari pabrik ke smartphone dan dari manajer ke Algoritma. Peran Ojol sebagai Gerakan Sosial Baru menegaskan kembali bahwa kesadaran kolektif dapat muncul bahkan di tengah fragmentasi digital. Masa depan kerja akan ditentukan oleh perlawanan ini. Kita harus mendukung tuntutan Ojol, tidak hanya untuk kesejahteraan mereka, tetapi untuk menentukan apakah ekonomi digital akan menjadi ruang eksploitasi yang didukung kode, atau model yang lebih adil dan berkelanjutan bagi semua pekerja. Jika jaket hijau mampu bersatu melawan Algoritma, maka negara dan masyarakat harus merespons dengan perlindungan yang setara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *