sumbar.relasipublik.com // Tanah Datar
Gelombang kepedulian kembali datang bagi warga terdampak galodo dan tanah longsor di Tanah Datar. Kali ini dari H. Alisar, SE, Owner Gita Futsal dan Gita Busana, sekaligus Ketua IKPM (Ikatan Keluarga Padang Magek) Jabodetabek. Meski tidak dapat hadir langsung di lokasi bencana, bantuan yang ia salurkan menjadi bukti nyata kedekatan emosional seorang perantau pada kampung halamannya.
Sikap itu terlihat dari pesan menyentuh yang ia titipkan kepada tim relawan. Dalam pernyataannya, H. Alisar menegaskan bahwa gerakan kemanusiaan ini murni bentuk tanggung jawab moral dan kepedulian pada dunsanak di ranah Minang.
“Saya mungkin jauh secara jarak, tetapi tidak pernah jauh secara hati. Bantuan ini bukan untuk kepentingan apa pun, apalagi politik. Ini murni panggilan nurani. Ketika kampung halaman ditimpa musibah, kita tidak boleh berpangku tangan,” ungkapnya.
Disalurkan Bertahap, Menembus Nagari yang Terisolasi
Bantuan dari H. Alisar disalurkan melalui dua tahap agar menjangkau warga di titik-titik yang terdampak paling parah.
Tahap Pertama — Jumat (28/11):
Penyerahan dilakukan di Posko Pengungsian Tanjung Mutiara, Nagari Batu Taba, Kecamatan Batipuah Selatan. Dari posko ini, bantuan didistribusikan menggunakan perahu dan sampan menuju Nagari Malalo — salah satu wilayah yang sempat terisolasi karena akses darat terputus total.
Di tengah lumpur yang masih basah dan sisa reruntuhan yang menghalangi jalan, paket bantuan berupa sembako, perlengkapan bayi, pembalut, serta kebutuhan dasar lainnya menjadi penopang penting bagi warga yang sudah berhari-hari bertahan dengan logistik terbatas.
Tahap Kedua — Minggu (30/11):
Bantuan lanjutan diserahkan di Nagari Tambangan, Kecamatan Batipuh, yang juga mengalami dampak serius akibat galodo dan pergeseran tanah. Distribusi dilakukan bersama relawan lokal dan aparat nagari untuk memastikan bantuan tepat sasaran di tengah kondisi lapangan yang masih rawan.
Pesan Kemanusiaan: “Dunsanak Tidak Boleh Dibiarkan Berjuang Sendiri”
H. Alisar berharap bantuan ini dapat sedikit meringankan duka para penyintas, terutama keluarga yang kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Ia juga mengapresiasi para relawan di lapangan yang bekerja tanpa mengenal lelah.
“Dalam situasi bencana, yang paling kita butuhkan adalah saling menguatkan. Semoga apa yang kami titipkan bisa menjadi penyambung harapan. Tanah Datar akan bangkit, karena kita melangkah bersama,” ujarnya.
Solidaritas yang Mengalir Tanpa Pamrih
Di tengah situasi darurat yang menguji ketangguhan masyarakat, kehadiran bantuan seperti ini bukan hanya soal logistik, tetapi tentang kehangatan solidaritas, tentang pesan bahwa mereka yang terdampak tidak sendiri.
Melalui dua tahap penyaluran ini, H. Alisar membuktikan bahwa kepedulian tidak selalu harus hadir secara fisik—kadang ia datang melalui ketulusan, komitmen, dan keinginan untuk melihat kampung halaman berdiri kembali.
Dalam gelapnya bencana galodo, bantuan ini menjadi salah satu cahaya kecil yang membantu warga Tanah Datar terus bertahan, satu hari ke hari berikutnya(d13)












