sumbar.relasipublik.com// Tanah Datar
Di tengah masa pemulihan pascabencana, Nagari Sungayang menampilkan satu kekuatan yang tak dimiliki semua daerah: kemampuan membangun rantai solidaritas yang hidup, menyatu, dan bergerak cepat. Di bawah koordinasi Marta Arigo, warga Sungayang kembali menyalurkan bantuan ke dua kecamatan terdampak, Batipuah Selatan dan Batipuah, Senin (2/12)
Tidak ada panggung besar atau seremoni. Bantuan bergerak dari rumah ke rumah, dari dapur nagari hingga titik bencana paling membutuhkan. Semua bermula dari penggalangan dana yang dilakukan warga sendiri—sebuah gerakan sosial yang tumbuh organik dari kegelisahan bersama melihat kondisi saudara-saudara yang terdampak galodo dan longsor.
Paket yang Lahir dari Kebersamaan
Dari hasil pengumpulan sekitar Rp6 juta, warga meracik paket sembako dan menyiapkan pakaian baru untuk anak-anak serta ibu-ibu. Ditambah, sebanyak 1.200 bungkus nasi dimasak dan diantarkan langsung ke posko-posko terdampak.
“Alhamdulillah semua sudah kita drop ke lokasi. Semoga bisa meringankan beban masyarakat,” kata Marta Arigo yang memimpin langsung pergerakan.
Gerakan ini memperlihatkan bahwa bantuan tidak selalu harus menunggu instruksi atau birokrasi. Ketika masyarakat bergerak, kepedulian mengalir dengan sendirinya.
Dukungan Swasta Memperkuat Bantuan Warga
Dua hari sebelum distribusi massal dilakukan, dukungan dari dunia usaha mengalir melalui PT Arifan Makmur Property yang menyalurkan 1 ton beras ke Kecamatan Batipuah. Bantuan ini memperpanjang napas persediaan pangan warga terdampak, sekaligus membuktikan bahwa solidaritas bisa hadir dari berbagai arah.
Semua Unsur Nagari Terlibat, Semua Tangan Bekerja
Gerakan penggalangan bantuan ini bukan kerja satu-dua orang. Rapat koordinasi melibatkan seluruh unsur pemerintahan nagari—BPRN, KAN, Satgas Bencana, PKK, hingga para kader.
Setiap unsur memiliki perannya: ada yang mengoordinasikan logistik, ada yang membuka dapur nagari, ada yang mengangkat barang ke kendaraan, ada pula yang memastikan pembagian tidak tumpang tindih.
“Semua elemen bergerak bersama. Ini bentuk nyata solidaritas nagari,” ungkap salah satu relawan.
Solidaritas yang Menghidupkan Harapan
Di tengah suasana krisis, bantuan dari Sungayang bukan sekadar barang atau sembako. Ia mewakili harapan baru—bahwa masyarakat tidak sendirian, bahwa ada nagari lain yang berdiri bersama mereka.
Distribusi ini diharapkan tak hanya meringankan beban para korban, tetapi juga memperkuat semangat bangkit setelah masa-masa sulit. Gerakan Sungayang menegaskan satu hal: ketika solidaritas menjadi budaya, nagari mampu menjadi kekuatan yang menghidupkan kembali harapan.(d13)












