Berita UtamaDaerahKota PadangTERBARU

Pembelaan Diri, Satpol PP Buat Berita HOAX di FB Humas,Begini Kronologinya

102
×

Pembelaan Diri, Satpol PP Buat Berita HOAX di FB Humas,Begini Kronologinya

Sebarkan artikel ini

PADANG,RELASIPUBLIK– Selain Banjir, kericuhan dalam razia kafe merupakan kejadian yang sangat hangat dibahas masayarakat saat ini, sampai Humas Satpol PP mebuat postingan, pemilik kafe mengejar petugas dan dubalang dengan senjata tajam, sehingga masyarakat yang membaca sangat geram dan emosi.

Pada dasarnya, alur cerita yang disampaikan dalam FB itu hanya merupakan pembelaan diri Satpol PP Padang, karena itu tidak akan terjadi jika penertiban memang dilakukan langsung lembaga penegak Perda tersebut.

Yang paling hangat itu dinyatakan, pemilik kafe di KM 12 Bypass, mengejar petugas dan dubalang dengan senjata tajam, ketika dilakukan razia, terpotong hanya sampai disitu, padahal kejadian tidak ada di KM 12, karena tidak meneruskan kronologisnya.

Kebohongan yang amat parah disampaikan dalam FB tersebut, razia yang dilakukan Dubalang dan Satpol PP atas laporan masyarakat, karena keberadaan kafe tempat keributan tersebut.

Sekaitan dengan hal tersebut, pemilik kafe Edi mengatakan, kalau kafe yang disebut Satpol PP meresahkan masyarakat, dengan tegas dia katakan tidak mungkin, karena di sekitar tersebut tidak ada pemukiman warga.

“Coba warga kota Padang bisa cek lokasi kafe yang terjadi keributan tersebut, ada atau tidak pemukiman masyarakat, kalau memang ada, maka hari ini kafe kita tutup, pemukiman masyarakat jauh dari lokasi kafe dan disekitarnya hanya ada pergudangan,” tegas Edi.

Ditambahkannya, lokasi kafenya, selain jauh dari pemukiman, juga tidak menyediakan wanita penghibur hanya memiliki 2 orang karyawan, dan memiliki izin rumah makan/kafe dan karoke.

“Kafe kita hanya punya dua karyawan, serta memiliki izin rumah makan/kafe dan karoke, saat ini dikelola orang Sungai Bangek, kelurahan Balai Gadang” tambahnya.

Sekaitan dengan keributan saat adanya razia, pemilik kafe mengatakan agar konfirmasi pada pengelola, yakni ibu Desi dan suaminya.

Pengelola kafe saat ditemui mengatakan, mereka tidak tau akan ada razia, dan saat itu baru pukul 23.15 wib, musik mati, yang ada hanya karyawan, lalu masuk Dubalang, dengan suara keras menghardik dan menyuruh tutup.

Lalu pengelola (pengontrak) tersebut membangunkan suaminya yang sedang tidur, untuk melayani orang yang masuk menyuruh tutup tersebut, agar bisa dilakukan dengan cara baik-baik.

Lalu pengelola meminta Dunalang untuk duduk dulu dan menanyakan, darimana dan kenapa baru jam segini sudah dilakukan razia, padahal dalam sosialisasi perda nomor 1, di sebuah hotel, dinyatakan jan tayang atau tutup sampai pukul 2.00 wib.

Ketika ditanya dengan suara lantang mengatakan, “kami dubalang, dan kami turun bersama satpol PP, ini sudah melanggar Perda nomor 1” kata salah seorang dubalang, dari puluhan yang datang.

Namun pengelola tetap santai dan menyuruh dubalang duduk dan meminta agar memanggil satpol PP, untuk bisa melakukan razia, dan ketika ditanya dubalang dari kelurahan mana, namun mereka menjawab dubalang Koto Tangah.

“Kami dubalang Koto Tangah, sekarang sedang bersedih, kenapa masih buka juga, tutup-tutup,” hardik dubalang dengan arogan.

Dijawab lagi oleh pengelola, silahkan Satpol PP yang yang bicara, karena belum pernah ditegur,dinasehati, atau diminta untuk tutup baik secara lisan maupun tertulis,tugas dubalang hanya fasilitasi bukan eksekusi, kalau ada yang melanggar Perda silahkan dubalang lapor pada penegak Perda dan seterusnya, dubalang dibentuk bukan untuk eksekusi atau mengambil tindakan tapi untuk mediasi dan mengantisipasi pelanggara di lingkungan kelurahan masing-masing khususnya.

“Setahu saya, dubalang itu tugasnya sebagai fasilitator dan memberikan masukan pada lembaga berwenang, jika ada pelanggaran adat maka sampaikan pada KAN, pelanggaran Perda sampaikan pada Satpol PP, pelanggaran pidana sampaikan pada Polri, bukan mengambil tindakan atau eksekutor, yang bisa menimbulkan masalah baru, kami juga tidak pernah ditegur, dinasehati atau di suruh tutup baik secara lisan maupun tetulis,” Tutur pengelola, menyampaikan pada dubalang saat itu.

Namun perdebatan tetap terjadi dan Satpol PP tetap bergerak dibantu dibalang, mengangkat alat musik yang berada di kafe tersebut, namun akhirnya disepakati untuk bersama kekantor Satpol PP.

Kronologis

Berkaitan dengan terjadinya keributan, awalnya pemilik kafe tidak ada mengeluarkan senjata tajam, namun para dubalang mengepung dan melakukan pengeroyokan, setelah itu baru pengelola kafe mengambil senjata tajam untuk menyelamatkan diri.

Hal tersebut juga dipicu dengan pernyataan seorang dubalang yang mengatakan tidak akan pernah takut dengan siapapun ketika dia memakai baju dubalang.

“Katiko mamakai baju ko (sambil memegang bajunya), aden dak takuik jo dia sajo. (Ketika memakai baju ini, aku gak takut dengan siapa saja), den hadapi sado e (saya hadapi semua)” koar dubalang tersebut.

Seorang saksi mata Anom mengatakan, ketika ditemui Minggu Malam (7/12/2025),mengatakan, kalau sebelumnya pengelola bisa menahan diri dan sopan pada dubalang,menyuruh duduk dan bicara baik-baik,tidak mau ribut, tapi tetap dibentak dubalang.

“Abang itu memegang senjata tajam karena sudah dikeroyok, sebelumnya dia mau pergi ke kantor Satpol PP, tapi ketika sampai mobil dubalang itu mengejar lagi, maka ada senjata tajam, waktu di dalam abang menyuruh dubalang duduk dan ngomong baik-baik,taoi dibentak, padahal musik sudah dimatikan, yang ada hanya karyawan,” tuturnya.

Dia juga menambahkan, setelah pengelola tersebut memegang senjata tajam, kembali dubalang dan anggota Satpol PP mengeroyok, ada yang memukul, mencekik dan menedang, bahkan ada yang mempergunakan kayu, dengan alasan mengamankan.

“Ketika itu dengan alasan mengamankan, kembali abang itu dicekik, dipukul dan ditendang, bahkan ada yang mempergunakan kayu, alasan Satpol PP untuk mengamankan, lalu dipaksa naik truk Satpol PP, sambil dipukuli,” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan Ila, karyawan kafe, dimana ia menyaksikan betapa sadisnya cara dubalang dibantu Satpol PP melakukan pengamanan pada suami bosnya.

“Wajar saja abang menggunakan senjata tajam, karena dikeroyok tentu dia harus menyelamatkan diri,” ulas Ila.

Ketika tim reporter melihat lokasi keributan di Bypass, memang tidak satupun pemukiman masyarakat, disamping kanan Gudang, disamping kiri tanah kosong, di depan gudang, di belakang sawah luas, kalaupun ada pemukiman warga sangat jauh dari lokasi kafe.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *