Berita UtamaTERBARU

Nevi Zuairina Sampaikan, Srikandi PKS di Garis Depan Penanganan Bencana, Ketangguhan Sunyi yang Menguatkan Indonesia

23
×

Nevi Zuairina Sampaikan, Srikandi PKS di Garis Depan Penanganan Bencana, Ketangguhan Sunyi yang Menguatkan Indonesia

Sebarkan artikel ini

Sumbar,relasipublik – Anggota DPR Komisi VI, Hj. Nevi Zuairina menyampaikan bahwa kekuatan sebuah bangsa tidak hanya berdiri di atas kebijakan pemerintah, tetapi juga pada ketulusan mereka yang bekerja dalam senyap.

Dalam refleksinya atas rangkaian bencana di Sumatera Barat, Nevi menyebut para istri pejabat publik PKS sebagai “penjaga nurani negara” perempuan-perempuan yang hadir bukan untuk disorot kamera, tetapi untuk memastikan bahwa negara benar-benar hadir di tengah luka rakyatnya.

Baginya, gerak para perempuan ini adalah ketangguhan sunyi: kekuatan yang lahir dari empati, yang tampak di dapur umum yang beruap hangat, di tenda pengungsian yang lembab dan dingin, di lereng-lereng yang baru saja runtuh, dan di rumah-rumah yang kehilangan harapan.

“Mereka adalah sosok yang bergerak lebih cepat dari sirene pemerintah, karena mata seorang ibu selalu lebih peka membaca derita,” ungkap Nevi.

Legislator Sumatera Barat II inii menekankan bahwa istri pejabat publik tidak berdiri di belakang suami, tetapi berdiri bersama rakyat.

Saat Nelly Mahyeldi memilih membatalkan pesta pernikahan putrinya demi mendampingi warga yang kehilangan tempat tinggal, atau ketika Yasmiati menembus jalur-jalur sulit sebelum bantuan besar tiba, di situlah wajah kemanusiaan negara benar-benar terlihat.

Begitu pula Meri Beni Warlis yang menggerakkan solidaritas dari Agam, Lian Octavia yang mempercepat suplai kebutuhan keluarga di Solok, Gusmalini yang menguatkan para ibu di Pasaman Barat, serta Melinda yang menenun harapan di Lima Puluh Kota, semuanya bergerak tanpa menunggu komando formal.

Istri Gubernur Sumbar 2010-2020 ini menekankan tiga karakter yang menyatukan para srikandi ini.

Empati sebagai identitas keluarga PKS, solidaritas sebagai kebiasaan, dan kehadiran fisik sebagai bentuk kepemimpinan moral.

Ketika mereka hadir, masyarakat tidak hanya menerima bantuan, tetapi juga keteguhan untuk bangkit kembali.

Dalam pesannya, Nevi menyampaikan bahwa bangsa ini akan selalu kuat selama perempuan-perempuan berhati besar berdiri di garis depan kemanusiaan.

“Mereka adalah pendamping pejabat publik, dan mereka adalah pilar yang menjaga kehangatan hati bangsa. Dengan keteladanan mereka, Indonesia belajar bahwa kekuatan sebuah negara sering kali tumbuh dari kelembutan yang bekerja dalam diam,” tutup Nevi Zuairina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *