Berita UtamaKota PadangSosial & BudayaTERBARU

Relevansu dan Makna Hari Kartini diI Era Pamdemi Bagi Perempuan Minang

239
×

Relevansu dan Makna Hari Kartini diI Era Pamdemi Bagi Perempuan Minang

Sebarkan artikel ini

JAkARTA,RELASIPUBLIK–Anggota DPR RI dari PKS, Hj. Nevi Zuarina memandang, peran penting perempuan bagi kita yang merayakan Hari Kartini di era pandemi Covid-19 ini ditengah keluarga dan masyarakat adalah yang paling utama kita sebagai perempuan bersyukur kepada Allah SWT karena kemuliaan yang diberikan-Nya. Hal ini terbukti dari Alquran yang menyebut perempuan dengan Annisa’ atau Ummahat. Maknanya sama dengan ibu, atau “Ikutan Bagi Umat” dan tiang suatu negeri.

“Masyarakat yang baik lahir dari Ibu yang baik. “Ibu (an-Nisa’) adalah tiang negeri” (al Hadist). Jika kaum perempuan dalam suatu negeri berbudi pekerti baik (shalihah), niscaya akan sejahtera negeri itu”, tutur Nevi.

Politisi PKS ini melihat relevansinya dengan makna Hari Kartini di era pandemi ini, adalah bagaimana setiap insan perempuan Indonesia, harus dapat menyelami sejarah kehidupan Ibu Kartini yang bisa menjadi tauladan bagi kaum perempuan Indonesia.

Ia menambahkan, Salah satu karakter Kartini adalah ketekunannya dalam melakukan perubahan. Para perempuan dengan konsep sisterhood, saling bekerjasama, juga dapat melakukan banyak hal yang positif untuk mengatasi pandemi ini.

“Modalitas sisterhood, bekerja dengan hati serta profesional, sebagaimana dicontohkan oleh komunitas atau organisasi perempuan yang ada di Nusantara ini akan membantu menghadang COVID-19 ini secara signifikan. Hal ini sejalan dengan teori perbedaan yang menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan itu mempunyai keunikan sendiri-sendiri yang saling melengkapi, perempuan itu bekerja dengan hati, mempunyai jiwa keibuan yang selalu ingin melindungi anaknya, memberikan kehangatan pada anak-anaknya, dekat dengan alam, kelekatan dalam sisterhood, dan karakter positif lainnya yang berbeda dengan laki-laki.” Urai Nevi.

Legislator asal Sumbar ini melanjutkan Dalam Pandangan Syarak (Syariat Agama Islam) disebutkan ad-dunya mata’un, wa khairu mata’iha al mar’ah as-shalihah artinya perhiasan paling indah adalah perempuan saleh (perempuan yang istiqamah pada peran dan konsekwen dengan citra-nya).

“Risalah Agama mengutamakan pendidikan akhlaq. Sebuah bangsa akan tegak dengan kokoh karena etika moral dan akhlaknya. Etika dan moral itu dibentuk oleh budaya dan ajaran agama. Moral anak bangsa yang rusak, membuat bangsa terkoyak”, tegasnya.

Aktivis perempuan PKS ini mengatakan bahwa Rumah tangga sebagai extended family (inti keluarga besar) dalam budaya Minangkabau menjaga dan mencetak generasi bermoral, dengan filosofi yang jelas, Adat bersendi syarak – syarak bersendi Kitabullah. Kaum perempuan (bundo kanduang, pemilik suku) berperan mendidik, menjaga nikmat Allah. Kaum lelaki (pemilik nasab), membentuk generasi berdisiplin. Kedua peran ini menjadi satu di dalam tatanan pergaulan masyarakat adat, dengan kekerabatan yang kuat.

“Saya mendalami apa yang menjadi kelebihan sosok Kartini di zamannya dimana sosoknya telah menginspirasi perempuan Indonesia hingga sekarang ini diantaranya adalah cara pandangnya yang jauh ke depan. Jika Kartini bisa menjangkau dunia, dalam belenggu tradisi Jawa yang ketat dan lingkungan sosial, melalui surat-surat yang dia tulis. Kita sebagai perempuan di masa sekarang bisa memanfaatkan media sosial secara kreatif misalnya untuk menulis, membuat karya seni, hingga jelajah kuliner. Kartini merupakan panutan setiap perempuan Indonesia dan menginspirasi kita melalui pendekatan cinta kasih, compassion, terhadap kesetaraan dan kemanusiaan”, tutup Nevi Zuairina.(nzr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *