NasionalTERBARU

Ayo Semangat, Jangan Sampai Padam Bangkitlah, Saudara Kami Korban Banjir Bandang di Sumatra

17
×

Ayo Semangat, Jangan Sampai Padam Bangkitlah, Saudara Kami Korban Banjir Bandang di Sumatra

Sebarkan artikel ini

Oleh:
RICKY DONALS
Pengusaha Nasional

Jakarta,relasipublik — Banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada 26 November 2025 meninggalkan duka mendalam bagi seluruh Indonesia. Ratusan kampung hancur, puluhan ribu warga kehilangan tempat tinggal, sementara gelondongan kayu dan lumpur tebal menjadi saksi betapa ganasnya bencana ini meluluhlantakkan pemukiman masyarakat.

Data BNPB per 7 Desember 2025 mencatat 914 korban meninggal dan ratusan lainnya luka-luka. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Lebih dari puluhan ribu warga diungsikan ke posko darurat, sementara banyak infrastruktur kritis lumpuh dan sejumlah kampung terisolasi. Beberapa wilayah bahkan sempat mengalami krisis pangan sebelum gelombang bantuan kemanusiaan mengalir dari berbagai penjuru negeri.

Presiden RI Prabowo Subianto turut menyuarakan solidaritas nasional melalui seruan “Save Aceh, Sumut, dan Sumbar”, disertai viralnya tagar #PrayForSumatra. Pada 1 Desember 2025, Presiden langsung mengunjungi tiga provinsi terdampak untuk memastikan penanganan darurat berjalan efektif.

Memasuki 8 Desember 2025 di Sumbar, masa tanggap darurat resmi berakhir tapi bisa saja diperpanjang, beberapa wilayah, namun upaya evakuasi, perbaikan, dan pemulihan masih berlangsung tanpa henti.

Di Sumatera Barat, perbaikan jalan utama Padang–Bukittinggi di ruas Lembah Anai terus dikebut dengan pengerahan maksimal alat berat dan tenaga lapangan oleh BUMN Hutama Karya. Banyak infrastruktur lain juga tengah dipulihkan, mencerminkan kerja kolektif bangsa menghadapi bencana besar yang datang jelang akhir tahun.

Di posko utama hingga posko kecamatan, relawan dan aparat bekerja siang malam menyalurkan kebutuhan dasar bagi para penyintas.
Aksi heroik mereka menembus lokasi sulit, mengangkut bantuan, dan menyelamatkan korban, viral di berbagai platform media sosial.

Seperti Bank Syariah Indonesia (BSI) di Sumbar saja, dalam waktu 2 hari salurkan bantuan kebutuhan dasar warga korban bencana senilai total Rp 1 Miliar.

BSI menerobos daerah terdampak bencana di Pesisir Selatan, Padang hingga Agam. Begitu juga dari seluruh Indonesia, ucapan duka dan bantuan berdatangan tanpa henti. Sumatra menangis, Indonesia memeluk.

Meski bencana sudah berlangsung lebih dari 11 hari, luka dan dampaknya masih jelas terlihat. Banyak warga menyaksikan rumah mereka hanyut, fasilitas umum rusak berat, dan keluarga terpisah dari tempat tinggal yang selama ini menjadi bagian dari hidup mereka. Namun di tengah kehancuran itu, ada satu hal yang tidak mampu dihanyutkan oleh air, yaitu semangat untuk bangkit.

Sehari setelah bencana, warga bersama relawan mulai membersihkan rumah, mengevakuasi barang yang tersisa, membangun tenda darurat, dan menjalankan dapur umum. Pos kesehatan bergerak dari lokasi ke lokasi memastikan para penyintas tetap kuat.

Anak-anak mulai kembali bermain meskipun hanya di halaman tenda—tanda kecil bahwa harapan masih hidup.

Solidaritas dan gotong royong terlihat nyata di seluruh tanah bencana. Di tengah lumpur dan reruntuhan, masyarakat membuktikan bahwa kekuatan sejati bukan datang dari apa yang hilang, tetapi dari apa yang masih bertahan, keberanian, kebersamaan, dan keyakinan.

“Bencana ini berat, tapi kami tidak boleh menyerah. Kami akan bangkit. Tuhan tidak memberi cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya,”
ujar Agung, warga Padang yang rumahnya tertimbun lumpur.

Para relawan menegaskan bahwa pemulihan tidak hanya bergantung pada bantuan logistik, tetapi terutama pada keteguhan hati masyarakat untuk terus melangkah.

Ayo bangkitlah, Sumatra! Dari luka yang dalam ini, kita akan membangun harapan baru. Selama kita saling menguatkan, tidak ada bencana yang mampu mematahkan tekad kita.

Proses pemulihan mungkin panjang dan penuh tantangan, seperti krisis air bersih di Padang yang masih berlangsung, namun pemerintah dan berbagai pihak memastikan bahwa kebutuhan dasar masyarakat tidak akan dibiarkan terabaikan.

Hari ini, mungkin tanah kita tertutup lumpur. Tetapi dari lumpur itu, masyarakat akan menanam kembali kehidupan. Mereka akan menata ulang rumah, usaha, dan masa depan yang sempat runtuh. Karena Sumatra adalah rumah bagi orang-orang yang tidak pernah menyerah, bahkan ketika alam menguji habis-habisan.

Untuk para penyintas, Anda tidak sendiri.
Dari Sabang hingga Merauke, satu bangsa berdiri bersama Anda.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *