Kabupaten Tanah Datar

Festival Pasambahan Kato: Merawat Tradisi Lisan, Menguatkan Identitas Budaya Pabasko

32
×

Festival Pasambahan Kato: Merawat Tradisi Lisan, Menguatkan Identitas Budaya Pabasko

Sebarkan artikel ini

sumbar.relasipublik.com// Tanah Datar

Tradisi bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan penanda jati diri sebuah bangsa. Nilai inilah yang kembali ditegaskan dalam Festival Pasambahan Kato (Pabasko) yang resmi dibuka oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, ST, di lapangan Balai Gadang, Nagari Batipuah Baruah, Kecamatan Batipuah, Sabtu (1/11).

Festival yang berlangsung selama dua hari (1–2 November 2025) ini menjadi ruang ekspresi budaya lisan Minangkabau, khususnya tradisi Pasambahan Kato—seni tutur yang kaya makna dan filosofi adat. Kegiatan ini terlaksana berkat dukungan Dana Pokok Pikiran (Pokir) Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat, H. Ronny Mulyadi Dt. Bungsu, sebagai bentuk komitmen terhadap pelestarian budaya lokal.

Tradisi Lisan sebagai Identitas Budaya

Ketua Pelaksana, Dr. Jefrinal Arifin, SH, M.Si, dalam laporannya menjelaskan bahwa Festival Pasambahan Kato digagas sebagai upaya melestarikan tradisi lisan yang mulai jarang dipraktikkan di tengah masyarakat modern.

“Pasambahan Kato adalah warisan luhur Minangkabau yang berakar dari petatah-petitih dan falsafah hidup orang tuo-tuo kita. Melalui festival ini, kita ingin menumbuhkan kembali kebanggaan generasi muda terhadap budaya sendiri, sekaligus memperkuat identitas sosial dan spiritual masyarakat Pabasko,” ujarnya.

Jefrinal menambahkan, festival ini diikuti oleh 16 kelompok peserta dari nagari-nagari seputar Pabasko. Setiap kelompok terdiri dari lima orang peserta yang menampilkan gaya dan versi pasambahan khas daerah masing-masing.

Ronny Mulyadi: Dari Nagari ke Dunia

Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat, H. Ronny Mulyadi Dt. Bungsu, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya bentuk kecintaan terhadap budaya lokal, tetapi juga strategi kebudayaan untuk memperkenalkan tradisi Minangkabau ke tingkat nasional bahkan internasional.

“Pasambahan Kato bukan hanya tentang adat berbicara di nagari, tapi juga tentang cara kita menghargai, berkomunikasi, dan menyampaikan nilai-nilai luhur. Kita ingin dunia melihat bahwa Sumatera Barat punya kekayaan budaya yang mendidik, beretika, dan bernilai tinggi,” tutur Ronny.

Ia menambahkan bahwa tahun depan pihaknya berencana menggelar event budaya “Rang Mudo dan Puti Bungsu” sebagai lanjutan dari upaya penguatan karakter budaya generasi muda Minangkabau.

Apresiasi dari Wakil Gubernur

Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, ST, memberikan apresiasi atas terselenggaranya festival ini dan menegaskan pentingnya menjaga kesinambungan tradisi lisan di era modern.

“Pasambahan Kato bukan sekadar kata, tapi ruh dari tata krama dan budi pekerti masyarakat Minang. Jika tradisi seperti ini hilang, maka akan hilang pula sebagian jati diri kita sebagai orang Minangkabau. Pemerintah Provinsi tentu akan terus mendukung kegiatan yang berorientasi pada pelestarian nilai budaya seperti ini,” ungkap Vasko.

Ia juga mengajak generasi muda untuk aktif mempelajari dan mengembangkan tradisi daerah agar tidak tergerus oleh arus globalisasi.

Ucapan Terima Kasih dari Wali Nagari Batipuah Baruah

Wali Nagari Batipuah Baruah, Mulyadi BJ, menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada nagarinya sebagai tuan rumah penyelenggaraan Festival Pasambahan Kato.

“Kami atas nama masyarakat Batipuah Baruah merasa bangga dan bersyukur dipercaya menjadi tuan rumah festival yang penuh makna ini. Momentum ini bukan hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tapi juga mempererat silaturahmi antar-nagari di wilayah Pabasko. Semoga kegiatan ini menjadi inspirasi bagi nagari-nagari lain untuk terus menjaga dan menghidupkan adat serta tradisi kita,” ungkap Mulyadi BJ.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ini, termasuk Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, DPRD, dan seluruh panitia pelaksana.

Kebersamaan dalam Bajamba

Acara pembukaan festival ditutup dengan tradisi makan bajamba, simbol kebersamaan dan persaudaraan masyarakat Minangkabau. Duduk bersila, menyantap hidangan bersama, dan saling berbagi cerita menjadi penanda bahwa budaya bukan sekadar tontonan, melainkan juga tuntunan hidup.

Festival Pasambahan Kato (Pabasko) tak hanya menghadirkan pesona seni tutur, tapi juga meneguhkan kembali pesan penting: bahwa menjaga budaya adalah bagian dari menjaga masa depan(d13)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *