Berita UtamaKota PadangTERBARU

Gubernur Sumbar : Keluarga Sehat dan Sejahtera Itu Terhindar Dari Stunting dan Wabah Covid 19

212
×

Gubernur Sumbar : Keluarga Sehat dan Sejahtera Itu Terhindar Dari Stunting dan Wabah Covid 19

Sebarkan artikel ini

PADANG, RELASIPUBLIK — Sumatera Barat saat ini, menurut hasil Sensus Penduduk 2020, Jumlah Penduduk Sumbar 5,53 juta dan 68,65 persen dari total tersebut di usia produktif (15-64 tahun). Artinya saat ini Sumatera Barat di masa bonus demografi.

Oleh karena itu, kita harus dipersiapkan lebih awal tentang bagaimana usia produktif yang banyak memiliki kualitas yang unggul, sehingga terciptanya keluarga yang sehat, beriman dan bertaqwa serta sejahtera.

Hal ini disampaikan Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah beserta Ketua TP PKK Provinsi Sumbar hadiri dan sekaligus membuka acara Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVIII tingkat Sumbar di Hotel Truntum Padang, Selasa (29/6/2021).

Gubernur Sumbar juga mengatakan, BKKBN salah satu Instansi Vertikal diberikan tugas untuk membantu mewujudkan keluarga bahagia sejahtera. BKKBN tidak akan mungkin bekerja sendiri untuk mewujudkan keluarga.

Sesuai dengan Tema Harganas ke-XXVIII yaitu Keluarga Keren Cegah Stunting, untuk itu perlu diwujudkan keluarga keren secara bersama-sama. Keluarga Keren dalam hal ini bisa merencakanan masa depannya. Menjalankan delapan fungsi keluarga dan melahirkan generasi yang sehat dan cerdas.

“Sebagaimana kita diketahui, saat ini kita sedang mengalami Pandemi Covid-19 dan masih berjuang untuk menekan pandemi Covid-19 dengan menjaga imun tubuh dan menetapkan protokol kesehatan dan setiap keluarga ikuti vaksin,” ajaknya.

Selanjutnya, Gubernur Sumbar menyampaikan permasalahan stunting juga menjadi perhatian serius di Sumbar. Saat ini di Sumbar kondisi stunting berada pada angka 27.19 persen. Global Nutrition Report 2016 memcatat bahwa prevalensi stunting di Indonesia berada peringkat 108 dari 132 negara.

Menurut laporan sebelumnya, Indonesia mencatat salah satu negara dari 17 negara yang mengalami beban gizi, baik kelebihan maupun kekurangan gizi di kawasan Asia Tenggara. Sementara prevalensi stunting di Indonesia merupakan tetinggi kedua setelah Komboja.

Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis atau infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak beusia 23 bulan. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya.

Balita/Baduta (Bayi dibawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan maksimal, menjadikan anak tidak rentan terhadap penyakit dan masa depan dapat berisiko pada menurunnya tingkat produktivitas.

“Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar penderitaan. Untuk itu saya mengajak mari kita jaga keluarga kita dengan memberikan makanan yang bergizi,” ajaknya.

Berdasarkan pidato Presiden RI pada Rakernasda BKKBN 28 Januari 2021 lalu menyebutkan, Indonesia saat ini dihadapi pada situasi dimana hampir sepertiga bayi yang lahir diproyeksi mengalami stunting.

“Masalah ini sudah kronis dan perlu segera ditangani. Untuk itu, kami mengharapkan Bupati/Walikota merumuskan formulasi khusus sebagai upaya bersama stunting,” pintanya.

Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 52 tahun 600 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dalam rangka intervensi percepatan percepatan sesuai perintah Presiden.

“Bersama BKKBN kami mengajak Bupati dan Walikota se Sumatera Barat, sudah saatnya kita memperkuat program ‘delivery’ pemerintah kepada masyarakat. Tidak lagi saat ini bermain pada kebijakan-kebijakan yang ternyata tumpul di lapangan,” tegasnya.

Harus ada yang memastikan bahwa program dan rencana aksi betul-betul menukik tajam dan dapat diterima manfaatnya oleh masyarakat yang membutuhkan.

Gubernur Mahyeldi juga mengatakan, keluarga merupakan hal yang terpenting bagi bangsa, keluarga adalah fondasi utama sebuah bangsa. Untuk itu bangun keluarga menjadi keluarga yang berkerja keras dan mampu berbenah diri menuju keluarga sejahtera bahwa keluarga keluarga merupakan hal terpenting bagi bangsa. Keluarga adalah pondasi utama sebuah bangsa.

“Indonesia Kuat dan Maju jika keluarga di Indonesia Sehat dan Sejahtera. Itulah pentingnya peran kita semua agar dapat mewujudkan keluarga sehat dan sejahtera tersebut,” kata Mahyeldi.

Sementara itu, Plh. Kepala BKKBN Sumbar Nova Dewita SE mengatakan, Harganas merupakan momentum untuk memberikan motivasi kepada masyarakat agar lebih menyadari dan memahami pentingnya keluarga sebagai pondasi membangun kehidupan yang sejahtera.

“Peringatan Harganas dengan tagline Keluarga Keren Cegah Stunting, mengajak kita untuk merefleksikan pentingnya institusi terkecil dalam suatu masyarakat, yaitu keluarga,” ujar Nova.

Suatu bangsa, suatu negara, atau masyarakat luas tidak akan memiliki populasi yang produktif jika para keluarganya tidak berkualitas.

Generasi penerus bangsa akan lahir dari keluarga-keluarga kecil di setiap daerah di Indonesia. Karena itulah, mereka harus tumbuh dalam keadaan sehat, cerdas, kreatif, dan produktif.

“Maka dari itu, tema Harganas ke-XXVIII tahun 2021 ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi stunting di Indonesia,” tuturnya.

Di masa pandemi Covid-19, keadaan kurang gizi ini kian rentan menimpa para balita karena penurunan pendapatan pada keluarganya.

“Untuk dapat membangun keluarga dan kependudukan Indonesia, dibutuhkan peran aktif dari seluruh pihak baik anggota keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Mari bergotong royong mengambil peran dan tanggung jawab, untuk mewujudkan keluarga Indonesia, keluarga yang sejahtera,” tutup Nova.

BIRO ADPIM SETDA SUMBAR

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *