Kabupaten Tanah Datar

Guru Bergerak Saat Bencana: Solidaritas Pendidikan Menjangkau Korban Banjir dan Longsor di Sumbar

29
×

Guru Bergerak Saat Bencana: Solidaritas Pendidikan Menjangkau Korban Banjir dan Longsor di Sumbar

Sebarkan artikel ini

sumbar.relasipublik.com // Tanah Datar

Di tengah lumpur sisa banjir dan trauma pasca tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Barat, kepedulian justru datang dari ruang yang sering luput dari sorotan: komunitas pendidikan. Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN) Tanah Datar bersama Yayasan Guru Belajar Foundation dan Sekolah Cikal Jakarta menunjukkan bahwa solidaritas guru tidak berhenti di ruang kelas, tetapi hadir nyata saat kemanusiaan diuji.

Sebanyak 3,5 ton beras, paket sembako, kasur, serta kebutuhan dasar lainnya disalurkan kepada korban bencana di Kabupaten Tanah Datar, Agam, Padang, Pasaman, dan Pesisir Selatan. Bantuan tersebut merupakan hasil penggalangan solidaritas yang dilakukan oleh Sekolah Cikal dan Yayasan Guru Belajar Foundation, kemudian disalurkan langsung melalui KGBN Tanah Datar ke wilayah terdampak.

Sudut paling pilu dari bencana ini terlihat di Nagari Malalo, Kabupaten Tanah Datar. Sekitar 50 persen guru PAUD setempat terpaksa mengungsi, meninggalkan rumah sekaligus ruang belajar anak-anak usia dini. Kondisi ini membuat bencana tak hanya berdampak pada kehidupan keluarga, tetapi juga mengancam keberlangsungan pendidikan dasar di nagari tersebut.

Ketua PD HIMPAUDI Kabupaten Tanah Datar, Gusti Indri Yeni, S.Pd, mengaku terharu atas kepedulian yang ditunjukkan KGBN Tanah Datar. Menurutnya, bantuan ini bukan sekadar meringankan beban logistik, tetapi juga menjadi penguat moral bagi para guru PAUD yang terdampak langsung.

“Apresiasi yang sangat luar biasa. Di saat banyak guru kami mengungsi dan kehilangan banyak hal, perhatian dari sesama komunitas pendidik menjadi penguat untuk tetap bertahan,” ujarnya usai penyaluran bantuan di Nagari Malalo, Sabtu (20/12).

Ketua KGBN Tanah Datar, Metria Eliza, menjelaskan bahwa penyaluran di Nagari Malalo secara khusus menyasar korban dan guru PAUD terdampak. Bantuan yang diserahkan berupa 50 karung beras, 50 paket sembako, kasur, serta kebutuhan dasar lainnya.
Ia menegaskan, gerakan ini lahir dari kesadaran kolektif para pendidik bahwa bencana tidak boleh memutus rantai pembelajaran dan pengabdian guru di daerah terdampak.

“Guru juga korban. Ketika guru terdampak, maka pendidikan ikut terdampak. Karena itu, kami hadir bukan hanya membawa bantuan, tetapi juga membawa pesan bahwa para guru tidak sendirian,” kata Metria.

Usai penyaluran di Nagari Malalo, KGBN Tanah Datar memastikan distribusi bantuan akan dilanjutkan ke Kabupaten Agam, Pasaman, dan Pesisir Selatan, wilayah yang juga mengalami dampak serius akibat banjir dan longsor.

Di tengah keterbatasan dan duka, gerakan ini menegaskan satu hal penting: pendidikan memiliki wajah kemanusiaan. Ketika negara dan sistem masih berbenah, para guru memilih bergerak lebih dulu—mengulurkan tangan, menjaga harapan, dan memastikan bahwa kepedulian tetap hidup, bahkan di tengah bencana(d13)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *