BeritaBerita UtamaDaerahKabupaten SolokTERBARU

Kabupaten Solok Jadi Lokus Galanggang Arang 2024: Kenangan Bupati Epyardi dan Aktivasi Warisan UNESCO

86
×

Kabupaten Solok Jadi Lokus Galanggang Arang 2024: Kenangan Bupati Epyardi dan Aktivasi Warisan UNESCO

Sebarkan artikel ini
Bupati solok Epiyardi Asda membuka acara Galanggang Arang di dermaga Singkarak. (Foto dok/A2)

KAB. SOLOK, RELASI PUBLIK – Kabupaten Solok resmi menjadi lokasi ketujuh pelaksanaan Galanggang Arang tahun 2024.

Acara ini bertujuan mengaktifkan Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) yang telah diresmikan oleh UNESCO pada tahun 2019.

Melalui Galanggang Arang, diharapkan warisan ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya, guna mendukung ketahanan budaya dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam sambutannya, Bupati Solok Epyardi Asda mengungkapkan kenangan masa lalunya yang terkait dengan jalur kereta api Solok, Padang Panjang, dan Sawahlunto.

“Banyak sekali kenangan di jalur kereta ini, khususnya jalur kereta api Solok, Padang Panjang, dan Sawahlunto,” ujar Epyardi pada Sabtu (3/7/24).

Epyardi menceritakan pengalaman masa SMA-nya saat bulan puasa, di mana ia bersama teman-temannya sering menaiki kereta api untuk menghabiskan waktu menjelang berbuka puasa.

“Kami dianggap, ini dianggap ya, sebagai pembajak di kereta. Padahal tidak,” kenangnya.

Tradisi tersebut melibatkan perjalanan dari Solok ke Sawahlunto, kembali ke Solok, menuju Ombilin, dan kembali lagi ke Singkarak, kampung halamannya.

“Kami ingin menghabiskan waktu, saat itu saya masih SMA di Tanah Garam. Jadi saat pulang sekolah sudah masuk waktu berbuka,” tambahnya.

Epyardi juga mengingat suatu kejadian yang berbeda pada suatu hari Sabtu, saat ia bersama enam temannya menaiki kereta api.

“Saya masih ingat nama kondekturnya. Dia memang terkenal keras. Padahal sudah kami katakan kami anak SMA dan pulang gotong royong. Kami minta harus membayar dan kalau tidak bayar kami harus ditangkap,” ucap Epyardi.

Dalam situasi tersebut, seorang teman Epyardi yang kesal sampai menodongkan arit ke kondektur. Akibatnya, peluit kereta langsung dibunyikan dan kereta kembali menuju Kota Solok.

Setibanya di Kota Solok, mereka ditangkap oleh polisi dari Polres Solok Kota dan mendekam semalam di sana sebelum akhirnya dibebaskan.

Meski demikian, kenangan menaiki kereta api dan menikmati keindahan Danau Singkarak tetap melekat dalam ingatan Epyardi. Acara Galanggang Arang diharapkan dapat membangkitkan kembali memori indah tersebut, serta mendorong pemanfaatan WTBOS bagi masyarakat. (A2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *