Berita UtamaOpiniTERBARU

Luka Mendalam di Ranah Minang: Jeritan Perempuan dan Anak Menggema Melawan Kekerasan Seksual

112
×

Luka Mendalam di Ranah Minang: Jeritan Perempuan dan Anak Menggema Melawan Kekerasan Seksual

Sebarkan artikel ini
FotoHerman Syahkiki

Oleh: Herman Syahkiki, Wakil Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Sumatera Barat

Ranah Minang yang dikenal dengan nilai-nilai adat dan budaya, sebuah kenyataan pahit menyelimuti. Maraknya kasus pelecehan dan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak yang terjadi di berbagai Kabupaten/kota di Sumatera Barat dalam kurun tujuh bulan pertama tahun 2024. Melonjaknya kasus belakangan ini bagaikan puncak gunung es, menandakan luka menganga yang harus segera diobati.

Minggu ini, Sumatera Barat dikejutkan dengan serangkaian kasus pelecehan seksual yang mengerikan. Seorang ayah di Padang Pariaman tega memperkosa anak kandungnya sendiri sejak SD hingga melahirkan. Di Payakumbuh, seorang sopir travel melakukan tindakan bejat memerkosa penumpangnya. Di Pariaman, paman tega menggerogoti kesucian keponakannya. Di Pesisir Selatan, seorang ayah tega mencabuli anak belita.

Mirisnya, tragedi ini bukan satu-satunya. Mei lalu, seorang guru SD di Padang Pariaman juga terungkap memerkosa muridnya. Dan Januari yang lalu, seorang oknum anggota DPRD Solok diduga terjerat kasus pemerkosaan. Masih banyak lagi kasus serupa yang terjadi baru-baru ini, seolah menjadi pengingat kelam realita yang harus dihadapi masyarakat Sumatera Barat.

Setiap kasus meninggalkan luka mendalam bagi korban, baik fisik maupun psikis. Trauma ini dapat mengganggu kehidupan mereka di masa depan. Mirisnya, beberapa pelaku adalah orang-orang terdekat korban, seperti ayah, ayah tiri, paman, dan guru. Kepercayaan yang dikhianati ini menambah rasa sakit dan trauma bagi korban.

Perempuan dan anak, yang seharusnya dilindungi dan dihormati, justru menjadi mangsa nafsu bejat para pelaku. Kejahatan ini tak hanya mencederai fisik dan mental korban, tetapi juga merusak nilai-nilai kemanusiaan dan mencoreng nama baik Ranah Minang.

Kasus-kasus ini menjadi tamparan keras bagi kita semua. Kita tak boleh tinggal diam. Penegakan hukum yang tegas dan terukur harus menjadi prioritas. Pelaku harus dihukum seadil-adilnya untuk memberikan efek jera dan mencegah terulangnya kasus serupa.

Namun, penegakan hukum saja tidak cukup. Kita perlu upaya pencegahan yang komprehensif. Edukasi dan sosialisasi tentang bahaya kekerasan seksual harus gencar dilakukan kepada masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Kita perlu membangun budaya saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Peran keluarga dan komunitas juga tak kalah penting. Orang tua perlu mengawasi anak-anak mereka dengan lebih seksama dan menjalin komunikasi yang terbuka. Orang tua juga perlu mengajarkan anak-anak mereka tentang hak-hak mereka dan bagaimana melindungi diri dari bahaya kekerasan seksual. Komunitas perlu bahu-membahu dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi perempuan dan anak.

Kekerasan seksual bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah sosial yang berdampak luas. Dampaknya tak hanya dirasakan oleh korban, tetapi juga keluarga, komunitas, dan bahkan bangsa. Trauma dan stigma yang ditimbulkan dapat menghambat perkembangan korban dan menghambat kemajuan masyarakat.

Kita semua harus bersatu padu untuk melawannya. Mari kita ciptakan Sumatera Barat yang aman dan bebas dari kekerasan seksual, di mana perempuan dan anak dapat hidup dengan tenang dan penuh martabat.

Bersama, kita bangun Ranah Minang yang bermartabat dan lindungi perempuan dan anak dari cengkeraman kekerasan seksual!

#StopKekerasanSeksual #LindungiPerempuanDanAnak #BersamaPemudaMuhammadiyahSumbar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *