Berita Utama

Masril Koto Soroti Pentingnya Dapur Standar untuk Anak Sekolah

26
×

Masril Koto Soroti Pentingnya Dapur Standar untuk Anak Sekolah

Sebarkan artikel ini

Paburuan,relasipublik — Di tengah riuh rendah politik dan janji pembangunan, ada satu program yang tak banyak bicara tapi menyentuh langsung isi perut anak-anak Indonesia: Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini bukan sekadar menu makan siang di sekolah, tapi soal gizi, soal masa depan. Dan Masril Koto, Komisaris PT Garam (Persero), tahu betul bagaimana program ini harus dijalankan.

Dalam sebuah perbincangan hangat bersama Adrian “Toaik” Tuswandi, penggagas Top 100 Channel, yang tayang di YouTube Kliksiar TV, Masril bicara lugas. Ia bukan politisi, bukan pengamat, tapi pelaku yang tahu medan.

“Ini investasi jangka panjang. Gizi anak menentukan kualitas generasi,” kata Masril, dengan nada yang tak bisa ditawar.

Ia tak bicara teori. Ia bicara dapur. Bicara tentang bagaimana satu dapur bisa menyerap enam tenaga kerja, membeli bahan dari petani sekitar, dan menggairahkan ekonomi lokal. Tapi ia juga tahu, dapur bukan sekadar tempat masak. Dapur harus steril, terstandar, dan diawasi.

“BPOM jaga standar dapur. Dinkes tentukan takaran gizi sesuai usia dan berat badan,” ujarnya.

Masril tak segan menyebut kelemahan di lapangan. Banyak pelaksana tak paham standar. Banyak yang datang ke politisi minta jatah pelaksana, tapi tak punya kapasitas. Ia tak menyebut nama, tapi pesannya jelas: jangan main-main dengan makanan anak-anak.

“Ini soal makanan anak-anak. Tak boleh ada kepentingan,” tegasnya.

Ia percaya Badan Gizi Nasional (BGN) harus jadi garda depan. Turun langsung ke daerah. Bangun satu model dapur per kabupaten. Dari situ, baru bicara replikasi.

Dan ketika publik mulai curiga, mulai bicara penyimpangan, Masril tak defensif. Ia justru mengajak masyarakat mengawasi.

“Kalau ada pelanggaran, laporkan. Jalurnya jelas KPK, polisi, hukum terbuka. Jangan bully programnya, awasi pelaksanaannya,” katanya.

Masril juga bicara tentang Presiden Prabowo. Ia tak memuja, tapi mengakui ketegasan sang presiden.

“Beliau tak mundur. Kritik boleh, tapi niatnya jelas: memberi makan bergizi untuk anak bangsa,” ujarnya.

Di akhir wawancara, Masril bicara dengan nada reflektif. Ia bicara tentang anak-anak yang berangkat sekolah tanpa sarapan. Tentang masa depan yang bisa dimulai dari sepiring nasi dan lauk bergizi.

“Kalau program ini berjalan, kita bukan hanya memberi makan kita sedang menyelamatkan masa depan bangsa.”

Dan ia menutup dengan satu pesan

“Jangan biarkan niat baik presiden dikerdilkan oleh tangan-tangan kotor. Ini bukan proyek. Ini legacy.” (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *