Oleh: Adrian Tuswandi, SH
*SEBUAH* perhelatan sehat demokrasi berlangsung di Aula Kantor Gubernur Sumbar Rabu 22 Mei 2024. 300 wartawan anggota PWI seSumbar hadir dalam alek demokrasi bertajuk Konferensi Luar Biasa Persatuan Wartawan Indonesia (KLB PWI) Sumatra Barat (Sumbar).
Bagaimana dinamikanya dan ciamiknya pimpinan sidang pleno Amiruddin, Syamsoedarman (Sekretaris), tiga anggota di antaranya Revi Iwan Syaputra semua sudah diketahui.
Hasilnya Ketua Harian peraih suara terbanyak Wapemred Harian Singgalang Widya Navies dan Pimpin Umum Harian Haluan Zul Effendi sebagai Ketua Dewan Kehormatan Provinsi PWI Sumbar.
KLB juga memilih dan menetapkan Formatur Widya Navies, Zul Effendi Zulmansyah Sekedang (PWI Pusat), Firdaus Abie (Direktur Posmetro Padang) dan Sawit Pribadi (Ketua OC KLB PWI Sumbar).
KLB tanpa kisruh, wartawan Sumbar telah menunjukan bagaimana berdemokrasi sehat dan bermartabat. Tak ada gerakan untuk melahirkan PWI tandingan pascabayar KLB ditutup dengan diketok palu oleh Amiruddin.
Terus masyarakat pers Sumbar menunggu struktur lengkap PWI dan DKP PWI Sumbar.
Penulis merupakan satu dari empat Calon Ketua Harian PWI Sumbar yang ditetapkan PWI, menukilkan bawa PWI tidak tentang perusahan media, PWI anggotanya merupakan pekerja pers yang merdeka dan menjalankan profesi sebagaimana diatur oleh UJ Pers, kode etik wartawan dan PD/PRT PWI.
Sehingga itu Formatur hasil KLB PWI Sumbar tentu harus membuka pikiran tentang tantangan kerja jurnalis ke depan, Formatur tentu dalam menyusun Pengurus PWI Sumbar dan DKP PWI Sumbar periode 2024-2029 sebagai potret besar wartawan Sumatra Barat.
Jangan sampai Formatur dalam menyusun kepengurusan mempertimbangkan ego sektoral atau dari media mana calon pengurus itu, tapi lebih mengedepankan profesionalitas si calon dalam mengisi kepengurusan.
Terus apa tantangan PWI Sumbar ke depan, hemat penulis soal integritas dan kapabilitas wartawan dalam menjalankan kerja jurnalistik masih menjadi problem akut profesi ini. Bisa integritas maka itu jelas bicara income dan kesejahteraan jurnalis. Jika masih minim maka intervensi profesi terus menjadi ancaman, belum lagi dalam bekerja jurnalis masih dibayangi intervensi kriminalisasi atas karya jurnalistik mereka.
Lalu PWI 2024-2029 juga harus memikirkan tentang pendidikan pers, ingatlah pers pejuang di negara ini adalah orang Sumatra Barat. Tapi seiring perjalanan waktu, Sumbar sebagai kawah candradimuka nya pers sudah tertinggal jauh dari daerah lain di Indonesia. PWI Sumbar hasil KLB harus memeras otak bagaikan melahirka wartawan mumpuni lewat pendidikan yang diracik oleh PWI, sehingga Sumbar tetap menjadi produsen jurnalis untuk negeri.
Selain itu soal pendanaan organisasi PWI, rejim dana hibah tidak bisa setiap tahun dikucurkan APBD. Tentunya pengurus harus kerja keras menjalankan organisasi saat dana hibah tidak mengucur.
PWI Sumbar harus kuat dengan networking yang saling menguntungkan tanpa menggadaikan idealisme organisasi.
Ayo kita tunggu potret PWI Sumbar 2024-2029, apakah buram atau cerah, hanya waktu yang akan menjawab itu.
Adrian Toaik Tuswandi
Ketua Jaringan Pemred Sumbar
Owner www.tribunsumbar.com
Komisioner KI Sumbar (2014-2023)