Opini

Menguatkan Adat dan Budaya Lokal di Era Globalisasi Digital

13
×

Menguatkan Adat dan Budaya Lokal di Era Globalisasi Digital

Sebarkan artikel ini

Oleh: Irdam Imran

Perantau Minang, tinggal di Depok – Jawa Barat Globalisasi digital telah membuka berbagai peluang luar biasa bagi masyarakat dunia, termasuk masyarakat Minangkabau. Teknologi informasi memungkinkan pertukaran pengetahuan dan budaya lintas batas secara instan.

Namun, di balik peluang itu, terdapat tantangan besar: pelan tapi pasti, identitas budaya lokal terancam terkikis oleh gelombang informasi global yang homogen dan tak berpijak pada akar budaya sendiri.

Sebagai perantau Minang yang telah lama tinggal di Depok, saya menyaksikan betapa generasi muda kita—baik di kampung halaman maupun di perantauan—semakin jauh dari nilai-nilai adat dan kebudayaan Minangkabau.

Padahal, dalam budaya kita terkandung nilai-nilai luhur yang telah terbukti menjadi panduan hidup kolektif selama berabad-abad, seperti falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.

Kini, tantangannya bukan sekadar menjaga budaya sebagai warisan, tetapi bagaimana menghidupkan kembali budaya itu dalam bahasa zaman sekarang. Perlu ada strategi bersama agar budaya tidak hanya bertahan sebagai simbol masa lalu, tetapi tumbuh sebagai kekuatan moral dan sosial dalam pembangunan masa depan.

Peran Strategis Tokoh Adat dan Senator Daerah di tengah situasi ini, tokoh-tokoh Minangkabau yang duduk di lembaga negara seperti DPD RI, memegang peran strategis. Salah satu tokoh yang patut diapresiasi adalah Irman Gusman Datuak Rajo Labiah, Senator Sumatera Barat yang memiliki rekam jejak panjang dalam memperjuangkan otonomi daerah, kemandirian ekonomi, dan penguatan nilai-nilai lokal.

Irman Gusman bukan hanya seorang politisi, tetapi juga representasi dari wajah Minangkabau yang teguh pada akar budayanya namun cakap dalam memainkan peran nasional. Di forum seperti DPD RI, suara beliau dapat menjadi jembatan antara aspirasi adat Minangkabau dengan dinamika kebijakan nasional.

Saya percaya, melalui posisi dan pengaruhnya, Senator Irman Gusman dapat mendorong lahirnya kebijakan afirmatif untuk pelestarian budaya lokal. Ini termasuk alokasi anggaran untuk digitalisasi budaya, revitalisasi lembaga adat, pengembangan ekonomi kreatif berbasis tradisi, hingga perlindungan terhadap warisan budaya tak benda yang selama ini rentan terlupakan.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Penguatan adat dan budaya Minang dalam era globalisasi bukan tugas segelintir orang. Ini adalah gerakan kolektif yang harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat: pemerintah daerah, pemuka adat, perantau, generasi muda, dan diaspora digital.

Berikut beberapa langkah konkret yang bisa kita ambil: Mendorong Digitalisasi Kearifan Lokal Kita perlu menghadirkan nilai-nilai adat dalam bentuk konten digital yang menarik: video edukatif, cerita pendek, podcast adat, hingga pelatihan daring tentang sejarah Minangkabau.

Mengaktifkan Peran Surau dan Balai Adat Surau dan balai adat bisa dikembangkan sebagai pusat pembinaan karakter dan literasi budaya, termasuk dengan pendekatan teknologi.

Membangun Gerakan Diaspora Budaya Minang Para perantau bisa menjadi agen budaya di lingkungan mereka, baik melalui kegiatan komunitas, pelestarian bahasa Minang, maupun promosi budaya dalam forum lintas daerah.

Menghubungkan Adat dan Ekonomi Kreatif Budaya bisa menjadi sumber ekonomi. Produk-produk lokal berbasis warisan budaya bisa masuk ke pasar nasional dan internasional dengan narasi yang kuat dan kemasan modern.

Mendorong Kolaborasi Tokoh Daerah dengan Generasi Muda Harus ada dialog lintas generasi. Para tokoh adat dan senator seperti Irman Gusman perlu menjalin komunikasi aktif dengan generasi muda agar nilai-nilai luhur tidak menjadi beban, tapi justru menjadi inspirasi.

Menutup Jalan Lupa Di era yang serba cepat dan serba global ini, kita membutuhkan penyeimbang dalam bentuk akar budaya. Tanpa akar yang kuat, kita akan mudah tumbang oleh badai perubahan.Minangkabau punya modal besar: sistem sosial yang egaliter, budaya intelektual yang tinggi, dan filosofi hidup yang arif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *