PADANG,RELASIPUBLIK– Menggunakan media sosial tanpa kendali dan memahami rambu justru akan membawa kemudaratan terutama menjadi sangat gampang dipapari paham radikalisme yang menjadi biang aksi terorisme.
“Pengguna medsos itu lebih banyak adalah generasi muda. Penelitian menunjukkan bahwa yang lebih banyak di sasar oleh para perekrut kelompok radikal dari jaringan teroris adalah mereka yang berusia muda, maka waspadalah,” ujar Walikota Padang yang diwakili oleh Kepala Badan Kesbangpol Tarmizi Ismail, ketika membuka secara resmi kegiatan Ekspresi Indonesia Muda yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumbar di hotel Pangeran Beach, Padang, Rabu (15/3)
Tarmizi mengatakan, dengan upaya FKPT bersama BNPT ini diharapkan tingkat keterpaparan anak.muda dari paham radikalisme dapat diredam.
“Mesti ada upaya ynag terus menerus untuk mengingatkan bahaya radikalisme bagi masyarakat dan bahaya keterpaparan yang mengancam generasi muda melalui internet,” kata Tarmizi.
Kegiatan yang digelar oleh FKPT Sumbar ini adalah kegiatan rutin yang ditujukan kepada generasi muda. Pesertanya adalah mahasiswa, organisasi kepemudaan dna siswa SLTA yang ada di Kota Padang.
“Bentuknya adalah mengajak generasi muda membanjiri media sosial dengan konten-konten kontraradikalisasi. Pada kegiatan ini selain menyosialisasikan kepada peserta tantang apa dan bagaimana radikalisme/terorisme, juga diberikan pelatihan membuat film pendek berisi pesan-pesan antiradikalisme dan antireformasi,” kata Ketua FKPT Sumbar, Adil Mubarak.
Adil mengatakan bahwa pada akhir sesi, semua peserta akan diberi tugas membuat video pendek dengan menggunakan ponsel. Video pendek itu akan diikutkan sebagai video peserta Lomba Video Pendek nasional BNPT 2022.
“Nanti pemenangnya akan diundang pada akhir tahun menerima hadiahnya bersamaan dengan dilangsungkannya rakornas FKPT se Indonesia,” kata Adil Mubarak didampingi Kabid Media FKPT Sumbar, Heranof Firdaus seusai acara.
Pada sesi pertama sebuah panel menampilkan dua narasumber, masing-masing Yacobus Tri Rahardjo dari BNPT dan Marta Suhendra Kabid Pemuda FKPT Sumbar.
Yacobus menyebutnya proses rekrutmen terorisme belakangan ini lebih terbuka karena menggunakan platform media sosial.
“Oleh karena itu diperlukan kecerdasan yang lebih bagi pengguna medsos agar tidak menjadi sasaran perekrutan oleh para kelompok teroris. Kini mereka tidak sembunyi sembunyi lagi merekrut. Mereka manfaatkan emosional komunitas tertentu untuk digiring menjadi orang orang radikal,” kata Yacobus .
Sementara itu Kabid Pemuda FKPT Sumbar Martha Suhendra menyebutkan untuk Sumatera barat sebenarnya pencegahan radikalisme terorisme dapat dilakukan dengan efektif memanfaatkan kearifan lokal.
“Filosofi Adat Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah (ABSSBK) yang menjadi panduan kehidupan dalam komunitas Minangkabau apabila diimplementasikan dengan sungguh-sungguh akan bisa meminimalisasi derasnya paham radikalisme masuk ke sanubari masyarakat,” kata Martha ‘Een’ Suhendra.
Panel yang dimoderatori oleh wartawan senior Eko Yanche Edrie itu akhirnya menyimpulkan bahwa radikalisme adalah paham yang sangat tidak menjujung tinggi kebhinnekaan, keberagaman, dan harmonisasi kehidupan. Ia lebih banyak merusak dan sangat destruktif dalam tata kehidupan bersama.
Pada sesi akhir, para peserta diberi pelatihan membuat film pendek oleh pegiat media sosial Dyah Kasumawati.
Dyah memberikan tips tips membuat konten yang baik yang layak tayang serta bermanfaat untuk keperluan kontrradikalisasi.
Kegiatan FKPT Sumbar ini merupakan kegiatan perdana yang digelar oleh 34 FKPT se Indonesia.
“Dalam waktu dekat kita juga akan melakukan survei nasional tentang indeks radikalisme provinsi yang merupakan kegiatan tahunan BNPT,” ujar Ketua FKPT Adil Mubarak.***