PADANG, RELASIPUBLIK – Menjadi pemimpin di Sumatera Barat tidak mudah, ada banyak dinamika masyarakat yang dipenuhi sebagai amanah besar memajukan dan mensejahterakan daerah ini. Sumatera Barat yang kental dengan orang minang itu berfilosofikan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
Hal ini diungkap Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit saat silaturrahmi dengan pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Kawasan Bagindo Aziz Chan, Jum’at (4/9/2020).
Wagub Sumbar katakan, masyarakat minang itu bersifat religi taat beragama, ada santun budaya dalam tataran adat yang lisan tertuang dalam petatah petitih yang penuh makna dan arti sebagai kepribadian yang tidak terpisahkan pada kehidupan hari-hari.
“Ada istilah mambinjek rambuik dalam tapuang, rambut terangkat tapi tepung tidak terserak. Halus dan hati penuh kehati-hatian dalam bersikap tahu dirantiang ka mancucuak tahu di dahan nan ka impuk. Tidaklah serta merta bisa dipatok dasari, semua dinamis dalam demokrasi yang santun,” ujar Nasrul Abit.
Nasrul Abit juga sampaikan, budaya sesuatu yang penting tidak bisa ba ka lamak dek awak surang. Mamijak kawan dek ingin naik akan berdampak nilai-nilai sosial bukan akan menimbulkan kemajuan malah menjadi komplik dan polemik yang tak sudah.
“Karena itu orang minag melihat dan menilai pemimpin itu, Tokoh, Takah dan Tageh bukan simbol semata akan terlihat dari kepribadian dan cara pemimpin itu bekerja, tulus ikhlas kah ? atau hanya mencari popularitas diri sendiri dan kelompok tertentu. Seyogyanya pemimpin di Sumatera Barat mengayomi dan peduli semua kepentingan dan aktifitas yang ada ditengah-tengah masyarakat sebagai sesuatu amanah yang diemban sebagai pemimpin,” terangnya.
Nasrul Abit ceritakan, banyak tokoh dan pejabat nasional yang sukses kerja dan mengabdi di Sumatera Barat jadi akan sukses lebih besar lagi di daerah lain karena terbiasa bermusyawarah mufakat, baiyo-iyo ba tido dalam menetapkan kebijakan maupun dalam bekerja.
“Ada seni memimpin terdiri baik dan dinamis penuh kekeluargaan serta rasa kecintaan daerah, kampung halaman yang menguatkan pemimpin memajukan pembangunan di Sumbar. Semua orang berpotensi memberikan kontribusinya ikut serta, nan buto pa ambuah lasung, nan lumpuah panjago rumah, nan pakak padembak padia , nan cadiak pandai memberikan kebaikan untuk semua,” ungkapnya.
Nasrul Abit juga katakan, Sumbar pernah mengalami kehidupan pahit dan memprihatinkan pada pergolakan rakyat dahulu namun kita bisa melewatinya dengan membangun rasa cinta daerah.
“Hari ini ditengah pandemi covid 19 yang telah membuat pertumbuhan ekonomi kita minus 4,79 persen yang membuat daya beli masyarakat rendah dan jika ini berlarut akan membawa kesengsaraan masyarakat. Ayo kita bangkit dan bekerja keras tetap produktif dimasa pandemi dengan menjalankan disiplin protokol kesehatan dengan baik dan benar,” himbaunya menyapa.**