Kabupaten Tanah Datar

Pasie Laweh dan Harapan yang Nyaris Terguncang: Antara Trauma Galodo dan Asa di Balik “Sumarak Pesona Marapi”

52
×

Pasie Laweh dan Harapan yang Nyaris Terguncang: Antara Trauma Galodo dan Asa di Balik “Sumarak Pesona Marapi”

Sebarkan artikel ini

sumbar.relasipublik.com // Tanah Datar

Di tengah semangat warga Pasie Laweh, Kecamatan Sungai Tarab, menyongsong event perdana Satu Nagari Satu Event, kabar mengejutkan datang dari Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Parpora) Tanah Datar. Kepala Dinas Riswandi, S.Pd, M.Pd,melalui tim yang mengunjungi kantor Wali Nagari pada Jum’at (15/8 )untuk koordinasi meminta nagari dan panitia meninjau dan melakukan penjadwalan ulang kegiatan tersebut karena dinilai tidak mencerminkan kearifan lokal.

Hal ini diperkuat dengan dikirimkannya surat oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga tertanggal 19 Agustus 2025 yang meminta Wali Nagari menjadwal ulang Satu Nagari Satu Event dengan pertimbangan : tema kegiatan belum menunjukkan potensi dan kearifan lokal Nagari, belum menunjukkan keunikan produk( One Village One Product), diduga tidak melibatkan semua unsur masyarakat serta Lomba Burung Berkicau, dan Layang-layang bukanlah budaya dan kearifan lokal Pasie Laweh.

Pernyataan itu sontak mengguncang optimisme warga. Padahal, bagi mereka, event bertajuk “Sumarak Pesona Marapi” bukan sekadar perayaan budaya, melainkan simbol kebangkitan nagari pasca luluh lantak diterjang Galodo.

Wali Nagari Pasie Laweh, Hidayat, S.Pd, M.Pd.T, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Perencanaan ini lahir dari musyawarah. Semua unsur masyarakat terlibat—Niniak Mamak, pemuda, Bundo Kanduang. Jadi wajar kalau kami terkejut mendengar instruksi itu, apalagi waktunya tinggal menghitung hari, dan telah masuk pada Calendar of Event tahun 2025” ujarnya kepada wartawan, Selasa (19/8/2025).

Ironisnya, kata Hidayat, Riswandi sendiri adalah putra asli Pasie Laweh. “Seharusnya beliau mendukung, bukan justru terkesan mempersulit. Apalagi ini bukan hanya hiburan, tapi momentum pemulihan marwah nagari pasca bencana,” ucapnya dengan nada kecewa.

Kebangkitan dari Reruntuhan

Event yang dijadwalkan pada 30–31 Agustus 2025 itu dirancang dengan penuh makna. Tema “Pasie Laweh Bangkit dalam Doa dan Perjuangan” mencerminkan tekad warga untuk keluar dari trauma. Tarian kolosal hasil perpaduan Silek Galombang dan Tari Marawa disiapkan sebagai simbol kekuatan kolektif, sementara peresmian Monumen dan Galeri Terbuka Galodo Pasie Laweh digagas untuk mengabadikan memori bencana agar generasi muda belajar dari masa lalu.

Tak hanya itu, prosesi adat Pitaruah Marapulai, di mana Bupati Tanah Datar direncanakan berperan sebagai marapulai, menjadi magnet tersendiri. Rangkaian hiburan rakyat seperti lomba layang-layang, Kicau Burung, hingga memancing di kolam warga, juga digelar agar seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat langsung.
Untuk lomba Kicau Burung diadakan karena banyak masyarakat Pasie Laweh yang berprofesi sebagai pamikek( pemikat burung) di sekitaran Marapi.

Lebih dari Sekadar Hiburan

Bagi warga, event ini adalah jalan untuk memperbaiki ekonomi nagari. “Warung-warung hidup, pedagang kecil laku. Itu dampaknya besar sekali,” tutur seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Suara lain datang dari pemuda nagari yang selama ini ikut menyiapkan acara. “Kami ingin orang datang karena budaya, karena wisata, bukan lagi karena cerita bencana. Kalau dibatalkan, sama saja mematikan semangat yang sudah kami bangun,” katanya dengan mata berbinar.

Menunggu Sikap Bupati

Kini, harapan warga Pasie Laweh tertuju pada Bupati Tanah Datar, Eka Putra, SE, MM. Mereka berharap pemerintah kabupaten hadir untuk memperkuat optimisme masyarakat, bukan melemahkan. “Kami mohon dukungan penuh dari Bapak Bupati agar Pasie Laweh bisa bangkit dari trauma Galodo. Potensi wisata di sini besar, tinggal bagaimana kita kelola bersama,” ujar Hidayat.

Di balik polemik ini, satu hal yang tak terbantahkan: warga Pasie Laweh sudah siap bangkit. Apapun keputusan nanti, mereka bertekad menjadikan event ini sebagai awal babak baru — dari nagari yang pernah luluh lantak oleh bencana, menuju nagari yang berdaulat melalui budaya dan pariwisata( d13)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *