Opini

Pengaruh Gerakan Mahasiswa Dalam Mamframing Isu Sosial Politik di Kota Padang

24
×

Pengaruh Gerakan Mahasiswa Dalam Mamframing Isu Sosial Politik di Kota Padang

Sebarkan artikel ini

oleh: Khairul Syakban

Gerakan mahasiswa adalah suatu cara kelompok mahasiswa yang bersikap untuk menunjukkan pendapat mereka dan berusaha mengubah hal-hal sosial, politik, dan ekonomi di masyarakat. Awalnya, gerakan ini muncul dari keinginan mahasiswa untuk memperbaiki kondisi sosial yang dianggap tidak adil atau buruk. Biasanya, gerakan dimulai dengan diskusi berpikir mendalam, lalu berkembang menjadi aksi turun ke jalan sebagai usaha memaksa pemerintah atau penguasa untuk melakukan perubahan. Di Indonesia, gerakan mahasiswa memiliki sejarah yang cukup lama dan berperan penting dalam perkembangan politik, terutama saat negara sedang berubah menjadi lebih demokratis dan dalam melawan sistem pemerintahan otoriter seperti Orde Baru.

Contohnya, gerakan mahasiswa pada tahun 1966-1998 dan gerakan besar tahun 1998 terjadi karena rasa tidak puas terhadap keadaan politik dan ekonomi yang sangat buruk serta ketidakadilan yang dirasakan oleh rakyat. Gerakan ini tidak cuma sekadar protes, tetapi juga menciptakan rasa persatuan dan perjuangan bersama agar nasib bangsa dan negara bisa diperbaiki.
Gerakan mahasiswa di Kota Padang, yang diwakili oleh HMI, KAMMI, dan BEM, memiliki cara kerja yang berbeda dalam menangani dan merespons isu-isu sosial dan politik, sesuai dengan ciri khas masing-masing organisasi. HMI, sebagai organisasi yang paling lama berdiri, cenderung menggunakan pendekatan yang lebih analitis dan terstruktur.

Mereka fokus pada isu-isu besar terkait kebijakan daerah, seperti perencanaan kota, anggaran negara, dan lingkungan. Untuk menangani isu tersebut, mereka sering melakukan diskusi mendalam, mengevaluasi kebijakan, dan berkomunikasi langsung dengan pihak-pihak resmi seperti DPRD. KAMMI lebih fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan nilai-nilai moral dan keagamaan, seperti penerapan syariat atau pemberantasan tindakan melanggar hukum. Mereka biasanya lebih aktif dalam menyampaikan pesan, terutama ketika isu tersebut sedang ramai diperbincangkan di masyarakat.

Sementara itu, BEM bertindak sebagai wakil suara mahasiswa secara lebih luas.
Mereka menangani isu-isu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan juga berdampak ke nasional, seperti kenaikan harga bahan pokok atau masalah beasiswa. Kekuatan utama BEM adalah kemampuan mereka untuk mengumpulkan massa dalam jumlah besar, dan sering kali menggabungkan metode analitis dari HMI serta semangat aksi dari KAMMI. Ketiga organisasi ini saling melengkapi satu sama lain. HMI memberikan fondasi analisis, KAMMI memperkuat posisi dalam isu moral-keagamaan, dan BEM melakukan gerakan aksi massa. Kerjasama ini membentuk sistem gerakan yang aktif dan dinamis, di mana setiap bagian berperan dalam mendorong perubahan di Kota Padang.

Selain itu, yang menarik dari gerakan mahasiswa di Kota Padang adalah kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan karakteristik lokal. Kota Padang yang kental dengan nilai-nilai agama dan adat Minangkabau menjadi latar yang memengaruhi strategi gerakan mereka. KAMMI, misalnya, sangat efektif karena isu-isu moral yang diangkat langsung relevan dengan nilai-nilai yang dipegang. Ayah pendirinya merupakan seorang guru besar Filsafat di Universitas al-Jazair, dan keistimewaannya adalah mampu menyajikan analisis kebijakan yang tidak hanya kritis tetapi juga relevan dengan konteks daerah. Sinergi yang terbangun antara ketiga organisasi ini bukanlah sesuatu yang kaku, melainkan kolaborasi yang organik. Seringkali, ketika isu besar muncul seperti polemik anggaran daerah atau kenaikan harga sembako ketiganya dapat dengan cepat bersatu, saling mengisi peran, dan menciptakan gerakan yang lebih besar dan sulit untuk diabaikan. Dengan demikian, gerakan mahasiswa di Padang tidak hanya sekadar meneruskan tradisi pergerakan nasional, tetapi juga berhasil menciptakan model gerakan yang khas dan kontekstual, yang mampu berbicara baik kepada pemerintah maupun kepada hati nurani masyarakat.

Gerakan mahasiswa di Kota Padang yang diwakili oleh HMI, KAMMI, dan BEM menunjukkan model pergerakan yang unik dan efektif. Ketiga organisasi ini tidak bekerja sendiri, tapi saling melengkapi seperti tim yang solid. HMI bertugas sebagai ahli pemikir yang mendalami isu kebijakan publik dengan analisis mendalam, sementara KAMMI bertindak sebagai suara yang lantang membela nilai-nilai moral dan agama yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat. BEM berperan sebagai penggerak massa yang mampu memobilisasi aksi nyata. Keberhasilan mereka terletak pada kemampuan untuk bekerja sama secara organik.
Ketika isu besar muncul, seperti kenaikan harga sembako atau masalah anggaran daerah, mereka cepat menyatukan kekuatan, menggabungkan analisis, semangat, dan massa untuk menciptakan tekanan yang tidak bisa diabaikan. Dengan memahami karakteristik lokal Kota Padang yang kental dengan nuansa agama dan adat, gerakan mahasiswa di sini berhasil menciptakan formula yang tepat.

Mereka tidak hanya meneruskan semangat pergerakan nasional, tetapi juga membentuk model yang kontekstual dan relevan dengan kondisi masyarakat. Kolaborasi strategis ini memungkinkan suara kritik dan aspirasi mereka tidak hanya sampai ke telinga pemerintah, tetapi juga menyentuh hati nurani masyarakat luas, sehingga perubahan yang mereka perjuangkan memiliki dampak yang lebih nyata dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *