Pernikahan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita,dengan tujuan menciptakan keluarga yang bahagia dan harmonis. Menikah merupakan salah satu keputusan terbesar dalam hidup seseorang,bukan hanya menyatukan dua individu yang berbeda, namun menikah merupakan awal dari kehidupan berkeluarga dan komitmen seumur hidup. Hal ini membuat pernikahan bukan perkara mudah. Selain memerlukan kesiapan fisik dan mental, menikah juga harus ada persiapan keuangan. Mempersiapkan kondisi mental sebelum memutuskan menikah adalah hal yang penting agar dapat menjalin komunikasi yang baik dan sehat sehingga perselisihan dengan pasangan dapat dihindari.
Dengan banyaknya tantangan dan hal hal menarik didunia modern saat ini, menikah menjadi hal yang cukup berat untuk mereka yang belum merasa siap dan mampu. Hal ini tampak dari menurunnya tren pernikahan dikalangan anak muda saat ini , terutama bagi anak muda yang berada dikota besar di Indonesia. Seiring dengan itu, status perkawinan kelompok pemuda yang belum menikah kini dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang sudah menikah.
Dilansir melalui laman resmi detik.jatim berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2024, angka pernikahan di Indonesia saat ini mengalami tren penurunan. Terdapat beberapa daerah yang menunjukkan tren penurunan .
38 Provinsi | Proporsi Perempuan Umur 20-24 Tahun Yang Berstatus Kawin Atau Berstatus Hidup Bersama Sebelum Umur 18 Tahun Menurut Provinsi (Persen) | ||
2021 | 2022 | 2023 | |
ACEH | 4,60 | 4,83 | 3,16 |
SUMATERA UTARA | 4,82 | 3,80 | 2,38 |
SUMATERA BARAT | 3,48 | 3,62 | 4,00 |
RIAU | 5,55 | 5,79 | 3,45 |
JAMBI | 10,67 | 9,91 | 6,89 |
SUMATERA SELATAN | 12,24 | 11,42 | 11,41 |
BENGKULU | 11,93 | 8,80 | 7,01 |
LAMPUNG | 9,77 | 8,14 | 7,11 |
KEP. BANGKA BELITUNG | 14,05 | 7,91 | 8,93 |
KEP. RIAU | 2,89 | 4,87 | 0,88 |
DKI JAKARTA | 4,68 | 2,07 | 2,12 |
JAWA BARAT | 10,09 | 8,65 | 6,79 |
JAWA TENGAH | 9,75 | 7,80 | 7,82 |
DI YOGYAKARTA | 3,52 | 2,78 | 2,05 |
JAWA TIMUR | 10,44 | 9,46 | 8,86 |
BANTEN | 6,00 | 7,08 | 3,86 |
BALI | 5,06 | 3,66 | 4,71 |
NUSA TENGGARA BARAT | 16,59 | 16,23 | 17,32 |
NUSA TENGGARA TIMUR | 5,95 | 5,71 | 4,97 |
KALIMANTAN BARAT | 13,84 | 12,84 | 11,29 |
KALIMANTAN TENGAH | 15,47 | 14,72 | 10,94 |
KALIMANTAN SELATAN | 15,30 | 10,53 | 8,74 |
KALIMANTAN TIMUR | 8,64 | 7,22 | 6,30 |
KALIMANTAN UTARA | 10,16 | 8,37 | 8,01 |
SULAWESI UTARA | 13,56 | 8,82 | 10,15 |
SULAWESI TENGAH | 12,51 | 12,65 | 8,91 |
SULAWESI SELATAN | 9,25 | 9,33 | 7,48 |
SULAWESI TENGGARA | 13,26 | 12,26 | 10,43 |
GORONTALO | 11,64 | 13,65 | 10,91 |
SULAWESI BARAT | 17,71 | 11,70 | 11,25 |
MALUKU | 7,08 | 3,89 | 5,11 |
MALUKU UTARA | 13,09 | 12,52 | 7,30 |
PAPUA BARAT | 12,27 | 7,54 | 7,86 |
PAPUA | 13,21 | 9,70 | 11,19 |
INDONESIA | 9,23 | 8,06 | 6,92 |
Sumber : bps.go.id
BPS juga merilis Statistik hingga periode 2023. Rilisan tersebut disebutkan bahwa tingkat pernikahan anak muda cenderung menurun dari tahun ke tahun. DKI Jakarta mengalami penurunan dengan angka 4.000. Untuk Jawa Barat mengalami penurunan sebanyak 29.000. Kondisi yang sama juga terjadi di wilayah Jawa Tengah dengan angka 21.000 dan Jawa Timur 13.000.Berdasarkan data dari BPS menjelaskan bahwa jumlah pernikahan di Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 1.577.255. Dibandingkan dengan tahun 2022, angka tersebut turun sebanyak 128.000. Sedangkan angka pernikahan Indonesia dalam satu dekade terakhir turun sebanyak 28,63 persen.
Fenomena tersebut merupakan hal yang wajar. Penurunan angka pernikahan ini juga akan berdampak pada menurunnya angka kelahiran. Menurunnya angka pernikahan juga dapat disebabkan karena mental yang belum siap, pemikiran yang mulai modern, banyaknya peluang untuk para wanita berkarir, dan banyaknya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Informasi yang bersebaran dimedia massa dengan cepatnya, dapat juga membentuk pola pikir dan tindakan untuk anak muda zaman sekarang. Dengan banyaknya informasi terkait pernikahan yang tersebar luas di masyarakat saat ini, harapannya hal ini dapat membentuk kesadaran kesiapan menikah yang ditandai dengan usia menikah yang meningkat, dengan harapan mampu membuat generasi berikutnya lebih baik. Namun, hal ini tidak berarti bahwa menikah di usia yang lebih muda itu tidak baik. Asal dengan komitmen, keyakinan dan kesiapan tentunya juga akan menghasilkan generasi yang baik.
Dikutip dari rri.co.id , tren penurunan ini perlu dilihat sampai mana batasnya. Jangan sampai tren ini menjadikan indonesia seperti di beberapa negara besar yang saat ini memiliki masalah dengan fertility rate sehingga menyebabkan ketidakseimbangan populasi yang bisa mengantarkan pada situasi kekurangan jumlah generasi penerus.
Pernikahan perlu disiapkan dengan matang terutama finansial harus mencukupi karena pada saat sekarang anak muda banyak yang menunda akibat dari finansial yang belum mencukupi, bagi sebagain anak muda yang menunda pernikahan pada saat sekarang karena lebih mengutamakan karier dan ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, dan masih banyak generasi sandwich yang membiayai keluarganya.
Pola pikir dalam fenomena ini mencerminkan pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat di Indonesia, di mana prioritas tidak lagi hanya pada pencapaian status pernikahan semata dan biasanya budaya terjadi pada negara-negara maju.Hal positifnya, dengan adanya peningkatan awareness dalam menikah dan lebih memilih untuk mempersiapkan diri dengan matang untuk memastikan keberhasilan hubungan dan kebahagiaan keluarga di masa mendatang ini juga dapat menjadikan fondasi awal membangun sumber daya manusia yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis : Sakinah Meilisya (Mahasiswa Departemen Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas)
Sumber Referensi:
- jatim
- https://www.bps.go.id/id/
- co.id