Berita

Rendang Bukan Hanya Kuliner, Juga Mampu Menyatukan Bangsa

18
×

Rendang Bukan Hanya Kuliner, Juga Mampu Menyatukan Bangsa

Sebarkan artikel ini

Padang,relasipublik – Pagi ceria ini akan dikenang dalam sejarah Sumatera Barat. dimana Minggu, 22 Juni 2025, aroma khas randang akan menguar dari 100 tungku di sepanjang Jalan Sudirman, tepat di depan Markas Polda Sumbar. Bukan sekadar perayaan, bukan pula ajang seremonial biasa—melainkan momen pemecahan rekor nasional yang menggugah rasa bangga akan budaya Minangkabau.

Dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79, Kepolisian Daerah Sumatera Barat (Polda Sumbar) menghadirkan gebrakan tak biasa.

Sebanyak 1.000 anggota Bhayangkari dari seluruh jajaran Polda Sumbar turun langsung ke dapur terbuka, memasak 1 ton daging sapi menjadi kuliner legendaris Indonesia: randang Minangkabau. Kegiatan masak massal ini ditargetkan memecahkan dua rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sekaligus.

*Dari Dapur ke Panggung Sejarah

Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Dr. Gatot Tri Suryanta, M.Si., adalah sosok di balik ide besar ini. Dikenal sebagai pemimpin dengan pendekatan humanis, religius, dan inovatif, ia menjadikan marandang sebagai sarana strategis membangun sinergi antara kepolisian dan masyarakat.

*Target Ganda: Rekor dan Rasa

Dengan 100 tungku yang masing-masing dioperasikan oleh tim berisi 10 juru masak, seluruh peserta akan mengolah sekitar 10 kilogram daging per tungku. Hasil akhirnya diperkirakan mencapai lebih dari 10.000 porsi randang lengkap dengan nasi, yang akan dibagikan secara gratis kepada:

Masyarakat umum

Tamu kehormatan

Instansi pemerintah dan swasta

Anggota kepolisian

Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI)
dijadwalkan hadir langsung untuk mengamati dan mencatat dua kategori pemecahan rekor:

1. Jumlah peserta Bhayangkari terbanyak dalam kegiatan marandang

2. Jumlah randang berbahan dasar daging sapi terbanyak yang dimasak serentak

Budaya sebagai Tali Pengikat

Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Dra. Susmelawati Rosya, S.H., M.H., menegaskan bahwa kegiatan ini tidak sekadar mengincar piagam rekor, tapi juga meneguhkan peran Bhayangkari dalam pelestarian budaya lokal.

Lebih dari Sekadar Kegiatan Kuliner

Randang massal ini hanyalah satu bagian dari peta besar transformasi sosial yang digagas Irjen Gatot di tubuh Polda Sumbar. Dalam masa kepemimpinannya, ia menginisiasi berbagai program berbasis nilai religius dan pendekatan sosial yang inklusif, antara lain:

Gerakan Subuh Berjamaah di seluruh jajaran Polres

Program Khatam Al-Qur’an Polri se-Sumbar

Zero Tawuran dan Zero Balap Liar

Pembentukan Komunitas “Sahabat Kapolda” di setiap daerah

Program-program ini terbukti efektif dalam memperkuat kedekatan polisi dengan masyarakat, serta menumbuhkan citra Polri sebagai pelindung yang hadir dengan wajah ramah dan membumi.

*Marandang: Ritual, Identitas, dan Perekat Sosial

Randang bukan sekadar makanan. Ia adalah lambang kesabaran, keharmonisan, dan proses panjang yang mencerminkan filosofi hidup orang Minang. Memasaknya butuh ketelatenan, seperti halnya membangun kepercayaan antara institusi dan rakyat.

Melalui marandang massal ini, Kapolda Sumbar mengajak masyarakat untuk menafsirkan ulang nilai-nilai tersebut dalam konteks kehidupan modern: gotong royong, persatuan, dan kebanggaan atas warisan budaya

Polda Sumbar Cetak Sejarah, Randang Menyatukan Bangsa

Tanggal 22 Juni 2025 akan tercatat dalam sejarah, bukan hanya sebagai peringatan Hari Bhayangkara, tetapi sebagai hari di mana randang menyatukan ribuan orang dari berbagai latar belakang dalam semangat yang sama: cinta akan budaya, kebersamaan, dan kebanggaan terhadap Sumatera Barat.

Ketika tungku-tungku menyala dan asap randang perlahan menyelimuti pagi Padang, di sanalah tergurat harapan bahwa kebudayaan bisa menjadi jalan untuk mempersatukan, memuliakan, dan membangun Indonesia yang lebih manusiawi.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *