sumbar.relasipublik.com// Tanah Datar
Surau Muaro di Jorong Saruaso Timur, Jumat (17/10), bukan sekadar tempat ibadah malam itu. Ia menjelma menjadi ruang dialog, tempat rakyat bersuara dan wakilnya mendengar. Dalam suasana hangat dan penuh kekeluargaan, Anggota DPRD Tanah Datar dari Fraksi Golkar, Donal Martin, menggelar reses masa sidang III tahun 2025 — sebuah momen yang tak sekadar formalitas, tetapi juga pertemuan hati antara pemimpin dan masyarakatnya.
Kehadiran Donal, anggota Komisi II DPRD Tanah Datar dari Daerah Pemilihan (Dapil) I, disambut hangat warga yang sudah lama menantikan kesempatan berdialog langsung. Tak ada sekat, tak ada jarak. Duduk bersila di lantai surau, ia berbicara dengan nada rendah hati namun tegas:
“Tiga sektor ini adalah tulang punggung kehidupan masyarakat kita. Pendidikan mencetak generasi unggul, kesehatan menjaga kualitas hidup, dan pertanian menopang ekonomi nagari. Tugas kami adalah memastikan tiga pilar ini berjalan kuat dan berkelanjutan.”
Ucapan itu bukan basa-basi politik. Donal menguraikan dengan rinci bagaimana pendidikan, kesehatan, dan pertanian akan menjadi fokus perjuangannya di gedung dewan. Ia menegaskan pentingnya fasilitas pendidikan yang memadai serta dukungan bagi siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.
Di bidang kesehatan, ia menyoroti pemerataan layanan puskesmas di nagari-nagari yang masih kesulitan tenaga medis dan fasilitas. Sedangkan untuk pertanian — nadi kehidupan Saruaso — Donal menjanjikan akses bantuan pupuk, bibit unggul, dan pelatihan pertanian modern agar petani tak tertinggal di tengah gempuran era digital.
Reses kali ini tak berhenti di satu arah. Donal membuka sesi tanya jawab interaktif, di mana warga bebas menyampaikan aspirasi tanpa rasa sungkan. Isu irigasi, kelangkaan pupuk, hingga beasiswa pendidikan mencuat bergantian. Setiap suara dicatat, setiap keluhan ditampung.
“Kami tidak ingin aspirasi masyarakat berhenti di forum ini. Semua akan kami bawa ke tingkat kebijakan agar benar-benar dirasakan manfaatnya,”
tegas Donal menutup pertemuan, disambut tepuk tangan panjang yang menggema di surau tua itu.
Bagi warga Saruaso Timur, malam itu bukan sekadar kegiatan reses tahunan. Ia menjadi pengingat bahwa politik sejatinya adalah ruang pengabdian, bukan sekadar janji kampanye. Donal Martin hadir bukan dengan pidato panjang, tetapi dengan pendengaran yang tulus dan komitmen yang nyata.
Dari Surau Muaro yang sederhana, semangat membangun Tanah Datar kembali menyala — bukan lewat seremonial, tetapi dari perjumpaan yang jujur antara rakyat dan wakilnya(d13)