Berita UtamaKabupaten Pesisir SelatanTERBARU

RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Rawat 45 Pasien Diare di Tengah KLB di Pesisir Selatan

694
×

RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Rawat 45 Pasien Diare di Tengah KLB di Pesisir Selatan

Sebarkan artikel ini
RSUD Dr.Muhammad Zein Painan kini merawat pasien diare sebanyak 45 orang. Terdiri dari pasien anak 43 orang dan pasien dewasa 2 orang,( Foto dok kominfo)

PAINAN, RELASI PUBLIK – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Muhammad Zein Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, hingga Senin (6/5), merawat sebanyak 45 pasien penyakit diare, baik anak-anak maupun orang dewasa. Hal ini terkait dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare yang terjadi di Surantih, Kecamatan Sutera.

“Ya, terkait KLB Diare di Surantih, Kecamatan Sutera, RSUD Dr. Muhammad Zein Painan kini merawat 45 pasien diare, terdiri dari 43 anak-anak dan 2 orang dewasa,” ungkap Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan, dr. Muhammad Fahriza, di Painan.

Dr. Fahriza menambahkan, pihaknya berupaya memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat yang terjangkit diare. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah menyiagakan RSUD Dr. Muhammad Zein Painan sebagai rumah sakit rujukan bagi pasien diare.

“Untuk menampung pasien penderita diare, kami telah menyediakan tempat tidur tambahan dan memastikan pelayanan yang maksimal,” jelasnya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Pesisir Selatan, Intan Novia Fatma Nanda, menyampaikan bahwa hingga kini tercatat 202 kasus diare di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan lima orang di antaranya meninggal dunia. Kasus diare ini tidak hanya terbatas di Kecamatan Sutera, tetapi juga telah menyebar ke Kecamatan IV Jurai dan Bayang.

“Fasilitas kesehatan (Faskes) telah dioptimalkan untuk menangani pasien diare, termasuk penggunaan lorong-lorong rumah sakit. Namun, penggunaan tenda tidak memungkinkan karena cuaca yang panas,” terang Intan.

Ia juga menekankan pentingnya intervensi terhadap perilaku pasien yang dirawat mandiri dan meminta petugas memastikan pasien dibawa ke fasilitas kesehatan. Sumber air bersih yang digunakan masyarakat berasal dari berbagai sumber seperti sungai, depot air, sumur gali, pincuran, dan air hujan.

“Dugaan sementara penyebab diare adalah kontaminasi E. coli dari feses, yang mungkin berasal dari kebiasaan masyarakat meminum air yang tidak dimasak,” ungkap Intan.

Untuk memastikan penyebab pasti dari diare massal ini, Dinas Kesehatan Pesisir Selatan bekerja sama dengan laboratorium Universitas Andalas (Unand) yang memiliki fasilitas lebih lengkap.

“Pengobatan dan perawatan pasien diare digratiskan oleh pemerintah daerah,” tutupnya.

Penanganan yang cepat dan tepat dari pemerintah daerah serta dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat mengendalikan penyebaran wabah diare dan meminimalisir jumlah korban. Masyarakat juga diimbau untuk selalu menjaga kebersihan dan memastikan air yang dikonsumsi sudah dimasak hingga mendidih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *