Kota Padangpanjang

Rutan Padang Panjang Sisihkan Gaji, Lintasi Danau Singkarak Demi Pengungsi Malalo

26
×

Rutan Padang Panjang Sisihkan Gaji, Lintasi Danau Singkarak Demi Pengungsi Malalo

Sebarkan artikel ini

sumbar.relasipublik.com // Padang Panjang

Di tengah kelelahan banyak pihak dalam merespons bencana banjir dan galodo di Malalo dan sekitarnya, sebuah gerak kecil dari lembaga pemasyarakatan kembali menunjukkan bahwa solidaritas bisa lahir dari ruang-ruang yang jarang tersorot. Pegawai dan Dharma Wanita Rutan Kelas IIB Padang Panjang menggalang bantuan secara swadaya dan menyalurkannya langsung kepada para pengungsi di Nagari Batu Taba serta sejumlah titik lainnya, Sabtu (6/12).

Tidak sekadar mengirim logistik, rombongan Rutan Padang Panjang dipimpin langsung oleh Kepala Rutan, Torkis Freddy Siregar, dan Ketua Dharma Wanita Rutan, Ny. Angelina Torkis, memastikan setiap bantuan benar-benar sampai kepada warga yang terdampak. Melalui Wali Nagari Batu Taba, Destriyanto, S.Sos.NL.P, bantuan diserahkan di Posko Tanjung Mutiara—area yang kini menampung sekitar 300 pengungsi, sebagian di antaranya kehilangan rumah dan hidup di kawasan yang masih rawan bencana.

Bantuan yang disalurkan bukan sekadar simbolis. Ada kebutuhan nyata yang dibawa: 10 kasur lantai, 200 porsi lauk pauk berbahan cancang daging, pakaian layak pakai, celana training, hingga makanan ringan untuk anak-anak dan lansia. Kebutuhan dasar ini seluruhnya berasal dari urunan pegawai, Dharma Wanita, serta Koperasi Rutan.

“Kami hanya ingin memastikan apa yang kami kumpulkan memberi manfaat langsung bagi saudara-saudara kita yang sedang berjuang di pengungsian,” ujar Torkis. “Semoga sedikit ini membantu mereka bertahan hingga keadaan kembali normal.”

Wali Nagari Batu Taba, Destriyanto, menyampaikan apresiasi mendalam. “Atas nama seluruh korban, kami berterima kasih. Bantuan ini bukan hanya soal logistik, tetapi juga bukti bahwa banyak pihak yang tidak membiarkan kami menghadapi bencana ini sendirian,” ungkapnya.

Namun empati rombongan Rutan Padang Panjang tidak berhenti di Batu Taba. Dengan menggunakan boat, mereka melintasi Danau Singkarak selama hampir dua jam untuk mengantarkan logistik ke Nagari Baiang, salah satu titik yang paling sulit diakses. Perjalanan ini menjadi saksi langsung kondisi lapangan—tanah bergerak, pohon tumbang, dan perkampungan yang berubah rupa akibat galodo.

“Kami menyaksikan dari dekat betapa beratnya situasi yang dihadapi masyarakat. Sangat memprihatinkan. Kami berharap bencana ini segera berakhir dan kehidupan warga kembali pulih,” tutur Torkis.

Di tengah bencana yang menguji ketangguhan banyak keluarga, aksi sederhana dari pegawai Rutan Padang Panjang memperlihatkan bahwa solidaritas tidak mengenal profesi, status, atau batasan. Di balik tembok rutan yang identik dengan pembinaan, tersimpan kepedulian yang mengalir jauh—hingga menyeberangi danau demi menjangkau mereka yang paling membutuhkan(d13)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *