BeritaTERBARU

Stasiun Pariaman: Ikon Transportasi Pesisir yang Menjadi Gerbang Budaya dan Pariwisata Kota Pariaman

27
×

Stasiun Pariaman: Ikon Transportasi Pesisir yang Menjadi Gerbang Budaya dan Pariwisata Kota Pariaman

Sebarkan artikel ini

Sumbar,relasipublik – Stasiun Pariaman kembali menjadi perhatian publik sebagai salah satu stasiun unik di Indonesia yang memadukan fungsi transportasi, sejarah panjang perkeretaapian, dan keindahan pesisir. Letaknya yang hanya berjarak beberapa langkah dari Pantai Gandoriah menjadikan stasiun ini bukan sekadar titik naik-turun penumpang, tetapi juga ruang hidup masyarakat pesisir yang sudah berdenyut lebih dari satu abad.

Stasiun Pariaman tetap eksis melalui kolaborasi antara pemerintah daerah dan masyarakat. Revitalisasi tidak hanya memulihkan fungsi pelayanan, tetapi juga menegaskan peran stasiun sebagai ikon wisata di Sumatera Barat.

10 perjalanan kereta lokal Pariaman Ekspres relasi Paulima–Naras yang menghubungkan Padang-Pariaman setiap harinya memainkan peran sentral dalam kehidupan. Jalur ini bukan sekadar moda transportasi melainkan nadi utama yang menghubungkan mobilitas masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan sektor wisata dan ekonomi kreatif serta menyambungkan cerita, harapan, dan identitas.

Kepala Humas KAI Divre II Sumbar, Reza Shahab mengatakan bahwa bangunan stasiun yang berciri fungsional kolonial akhir, lengkap dengan jendela kayu besar dan kanopi logam tua, masih mempertahankan bentuk aslinya. Arsitekturnya memadukan kesederhanaan dengan fungsi adaptif terhadap angin laut dan kelembaban, menjadikan Stasiun Pariaman memiliki karakter yang kuat dan berbeda dari stasiun-stasiun lain di Sumatera Barat.

Sejak awal beroperasi pada awal abad ke-20, stasiun ini memainkan peran penting sebagai simpul ekonomi pesisir barat Sumatera, khususnya dalam mobilisasi komoditas seperti kopra dan ikan kering. Namun seiring perkembangan kota, fokus pelayanan tersebut bergeser. Kini Stasiun Pariaman menjadi simpul utama bagi masyarakat dan wisatawan, khususnya sejak kawasan Pantai Gandoriah dikembangkan menjadi destinasi unggulan.

Perjalanan kereta yang memakan waktu tempuh sekitar 1.5 jam menuju pusat wisata pantai Gandoriah ini menyuguhkan pemandangan pesisir pantai yang indah serta suasana pedesaan khas Sumatera Barat. Dengan harga tiket yang terjangkau, kereta ini menjadi solusi bagi wisatawan yang ingin menikmati perjalanan hemat namun tetap nyaman.

Transformasi fungsi ini terlihat jelas pada aktivitas harian masyarakat. Dari pagi hingga senja, stasiun menjadi ruang sosial tempat pedagang, wisatawan, pelajar, hingga seniman lokal bertemu.

“Dulu kereta itu identik dengan pedagang, sekarang identik dengan wisatawan,” ujar Reza.

Pergeseran ini mencerminkan perubahan karakter kota dan meningkatnya ketertarikan wisatawan untuk mengakses kawasan pantai melalui moda kereta api.

“Stasiun Pariaman bukan hanya aset transportasi, tetapi juga bagian dari identitas budaya pesisir Sumatera Barat. KAI berkomitmen menjaga kelestarian bangunan bersejarah ini sekaligus meningkatkan kualitas layanan bagi masyarakat dan wisatawan. Kami berharap keberadaan Stasiun Pariaman terus memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, pariwisata, dan konektivitas kota Pariaman,” ungkap Reza.

Lebih lanjut, Reza menyampaikan bahwa KAI terus melakukan berbagai langkah peningkatan pelayanan, mulai dari perawatan infrastruktur, peningkatan keamanan area stasiun, hingga penguatan layanan Kereta Api Sibinuang yang menjadi andalan masyarakat.

“Dengan perpaduan sejarah, budaya, dan potensi wisata yang kuat, Stasiun Pariaman menjadi contoh bagaimana infrastruktur transportasi dapat tumbuh menjadi ruang kehidupan yang menyatu dengan masyarakat. PT KAI Divre II Sumbar berkomitmen untuk menjaga kelestarian nilai historisnya sekaligus menghadirkan pelayanan yang modern, aman, dan nyaman bagi seluruh pelanggan” tutup Reza.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *