Padang,relasipublik – Berhasil meraih perolehan suara terbanyak pada pemilihan Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Andalas (Unand) yang digelar baru-baru ini, Dr. Ike Revita, S.S., M.Hum. dipastikan bakal menjabat Dekan FIB Unand Periode 2025-2030. Pemilihan sendiri berlangsung dalam Rapat Senat FIB pada 2 Juni lalu. Diketahui, pemilihan berlangsung dua tahap, yang tahap pertamanya digelar pada 28 Mai 2025, dengan para balon dekat antara lain Dr. Ike Revita, S.S., M.Hum., Dr. Rima Dewi, S.S., M.Si., Prof. Pramono, S.S., Ph.D., dan Prof. Dr. Silvia Rosa, M. Hum. Sementara, pelantikan akan digelar pada Juli nanti.
Diakui Ike, capaian suara terbanyak yang membuat dirinya unggul dibanding kandidat lainnya merupakan langkah awal amanah yang akan dia jalankan sebagai satu bentuk pengabdian yang bukan sekedar prestasi ataupun materi.
“Latar belakang kenapa saya memutuskan untuk masuk ke bursa pencalonan ini salah satunya adalah ketika empat tahun pengalaman saya menjadi Wakil Dekan I, berapa banyak kejadian dan pengalaman yang kemudian membuka hati dan pikiran saya bahwa memegang satu amanah itu bukan semata mengejar persoalan prestise atau materi, tetapi lebih kepada dibangunnya sebuah ladang untuk beribadah. Karena saya merasakan betul, bagaimana sebuah tanda tangan saya sebagai seorang WD 1 dapat mengubah air mata menjadi senyuman. Artinya, dengan didahulukan selangkah ditinggian sarantiang, saya diberi hak dan kesempatan untuk mengambil beberapa kebijakan atau keputusan yang kemudian dapat membantu orang-orang, yang dengan posisi ini kemudian mempermudah urusan mereka, yang kemudian menjadikan air mata menjadi sebuah senyuman,” ungkap Ike, yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Dekan I FIB itu, baru-baru ini.
Ditambahkan, Ike juga bertekad untuk semakin memajukan FIB Unand, sesuai dengan visi dari FIB itu sendiri, yaitu untuk menjadi fakultas yang terkemuka dan bermartabat di dalam hal hal yang berhubungan dengan ilmu humaniora yang berskala internasional.
“Dan untuk itulah saya berkeinginan kuat untuk memperkuat tata kelola akademik dan atmosfer akademik yang unggul, inklusif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman,” imbuh dia.
Dia mengemukakan, dari pengalaman yang saya miliki selama menjadi Wakil Dekan I, dia melihat begitu banyak potensi besar yang bisa dioptimalkan, baik dari dosen, mahasiswa, maupun tenaga kependidikan. Potensi yang besar ini, ditekankan, tidak hanya memerlukan pemimpin yang memiliki kemampuan administratif saja, melainkan juga harus inspiratif dan solutif.
“Untuk itu _lah_ makanya saya bercita-cita untuk membawa FIB sebagai fakultas yang tidak hanya unggul secara akademik dan bereputasi secara nasional dan internasional, tapi juga responsif terhadap isu-isu budaya, sosial, dan teknologi, yang memberikan ruang besar pada kolaborasi lintas disiplin, lintas generasi, dan lintas budaya,” ujarnya.
Ditekankan lagi, dirinya tidak akan lari dari visi FIB, untuk menjadi fakultas terkemuka bermartabat dalam pendidikan, riset, dan inovasi bidang ilmu humaniora di dunia internasional pada tahun 2032. Visinya itu dia saripatikan menjadi sebuah jargon, dalam sebuah filosofi, yang dalam bahasa Latin-nya adalah _radicati in loco, potentes in mundo_.
“Yaitu berakar lokal berdaya global, dalam bahasa minang itu kita katakan _bapucuak ka ateh baurek ka bawah, di tangah kuat dan kokoh_. Saya ingin menjadikan FIB ini sebagai sebuah lembaga yang benar benar menghargai berbasis pada kearifan lokal, nilai nilai lokal, tapi berkembang secara global, di mana kita semuanya merasa bahagia dan bangga menjadi bagian FIB itu sendiri,” tukas dia.
*Delapan program kerja utama*
Untuk mencapai target-target dirinya membawa kemajuan FIB Unand, sebagai dekan nantinya Ike akan menjalankan delapan program kerja utama. Pertama adalah pengembalian prodi ke departemen; kedua, melakukan transformasi kurikulum untuk kualitas pembelajaran; dan ketiga, penguatan riset dan hilirisasi.
Kemudian, program keempat yaitu pengabdian berbasis riset digital dan lokalitas; kelima, bagaimana memperkuat jejaring global dan alumni; dan keenam adalah tata kelola yang _smart excellent_ dan berbasis digital.
Program unggulan ketujuh, kemudian, yaitu diversifikasi pendanaan berkelanjutan berkeadilan; dan program unggulan kedelapan adalah program BERDAYA untuk mahasiswa.
“BERDAYA itu adalah akronim, yang nanti di mana diberikan sertifikasi digital dan pengembangan _soft skill_, termasuk mobilitas internasional dan riset mahasiswa, kewirausahaan, budaya dan pengabdian tematik,” tukas dia.