Berita UtamaOpiniTERBARU

Tradisi Marantau: Menggapai Mimpi dan Membangun Kembali Kampung Halaman

103
×

Tradisi Marantau: Menggapai Mimpi dan Membangun Kembali Kampung Halaman

Sebarkan artikel ini
Foto, Dhea Efnelia Putri (Dok DEP)

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Salah satu alasan yang paling umum adalah untuk memperbaiki nasib demi mencari kehidupan yang lebih layak. Bagi orang yang tidak mempunyai skill dan kemampuan untuk bertahan ,maka ini akan menjadi masalah karena banyaknya pengangguran di kota-kota sehingga ini salah satu pemicu tingginya tingkat kriminalitas .

Sumatera Barat khususnya masyarakat Minangkabau memiliki banyak sekali budaya yang khas, salah satunya yaitu tradisi marantau. Budaya marantau ini dikhususkan untuk anak laki-laki yang sudah beranjak dewasa / anak “bujang”. Jika dikampung halaman belum berkesempatan mendapat pekerjaan yang layak dan ekonomi keluarga pas-pasan maka pilihan merantau adalah pilihan yang paling diminati, inipun sesuai dengan pepatah minang “ sayang jo kampuang batinggakan” maknanya Untuk mencari kehidupan baru yang lebih layak untuak bisa “ mambangkik batang tarandam “yaitu untuk merubah taraf sosial dan ekonomi keluarga lebih baik . Kebiasaan ini sampai sekarang masih ada.

Anak bujang yang akan pergi merantau biasanya akan dibekali oleh orang tuanya dengan bekal seadanya untuk bisa bertahan hidup di negeri orang untuk beberapa waktu, untuk selanjutnya mereka harus mampu bertahan dengan kerasnya ibukota. Diantaranya ada yang tidak mampu bertahan yang akhirnya kembali ke kampung halaman. Tapi sebagian besar bisa bertahan, malah beberapa tahun kemudian akhirya bisa manjadi orang sukses. Suatu kebanggan tersendiri dari keluarga, jika anaknya berhasil dan sukses yang sekaligus bisa mengangkatkan martabat keluarga Itu ditandai salah satunya dengan adanya acara “ pulang basamo” dihari raya Idul Ftri .

Salah satu daerah di kenagarian Duo Koto Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam yaitu Koto baru yang terletak di danau Maninjau,tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Khususnya angkatan muda membuat program rutin yang bekerja sama dengan perantau yang tersebar di berbagai kota di Indonesia bahkan ada yang di luar negeri. Menciptakan peluang untuk menghimpun dana dari perantau dengan mengadakan malam hiburan tradisional diantaranya; tambua, tari-tarian daerah dan randai untuk menyambut para perantau yang sudah rindu dengan kampung halaman sekaligus momen silaturrahmi dengan masyarakat dan melihatkan kepedulian untuk kampung halaman.

Dalam acara tersebut diadakan penggalangan dana untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang ada di daerah tersebut . Dalam acara yang biasanya diadakan selama 2 hari , biasanya akan terkumpul dana cukup besar, seperti tahun ini saja 1445 H pada malam hiburan tradisional terkumpul dana sebesar Rp 80.000.000 yang barasal dari masyarakat sekitar dan yang paling besar penyumbang berasal dari IKMJ ( Ikatan Keluarga Maninjau ) yang ada diperantauan.

IKMJ adalah salah satu komunitas masyarakat perantauan yang dibentuk untuk menguatkan ikatan kekeluargaan dan sosial sesama perantau sekaligus kepedulian untuk kampung halaman dalam bentuk penggalangan dana bantuan sosial untuk masyarakat yang membutuhkan. IKMJ pun berperan dalam menggalang dana untuk korban bencana yang terjadi di sekitar Maninjau dan Sumatera Barat pada umumnya.

Pulang kampung dan membangun nagari merupakan cita-cita yang mulia bagi masyarakat Minangkabau yang percaya bahwa memberi manfa’at dan berguna bagi kehidupan bersama di kampung halaman adalah kebahagiaan yang sebenarnya. Ketika pulang ke kampung halaman, para perantau bisa melepas rindu dengan keluarga dan berbagi ilmu serta rezki yang telah diperoleh selama merantau untuk mendorong kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik.

 

Oleh : Dhea Efnelia Putri
Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Andalas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *