Berita UtamaNasional

Wajib Pajak Ini Pernah Siap Mati Demi Melawan Ketidakadilan Pajak — Kini GEMPA Indonesia Angkat Suara

40
×

Wajib Pajak Ini Pernah Siap Mati Demi Melawan Ketidakadilan Pajak — Kini GEMPA Indonesia Angkat Suara

Sebarkan artikel ini

Jakarta,relasipublik — Sebuah testimoni memilukan kembali membuka tabir gelap praktik perpajakan yang selama ini membebani masyarakat, khususnya pelaku usaha kecil dan menengah.

Seorang klien lama dari INTAC (Indonesia Tax Care) menghubungi kembali salah satu konsultan pajak senior, Basuki Widodo, setelah dua hingga tiga tahun berlalu sejak konsultasi pertama. Dulu, ia dikenakan pajak sebesar Rp1,2 miliar. Karena merasa dizalimi, klien tersebut sempat menyatakan bahwa jika dipaksa membayar, ia rela “angkat senjata” dan menghadapi aparat pajak dengan cara ekstrem.

Namun, saat itu ia memilih mengeksekusi penyelesaian kasusnya sendiri tanpa pendampingan INTAC. Hasilnya, memang ada penurunan tagihan pajak—turun menjadi Rp120 juta—tetapi prosesnya menguras mental, menghancurkan usaha, dan tetap merugikan secara substansi.

> “Padahal jika saya tangani sejak awal, ia bisa bebas dari pembayaran karena memang kasusnya tidak layak dipajaki. Tapi karena jalan sendiri, akhirnya ia tetap harus bayar ratusan juta,” ujar Basuki.

 

Kini, pria itu kembali datang dalam kondisi usaha runtuh, dikepung utang, dan bahkan telah membayar lima konsultan pajak berbeda selama prosesnya. Di luar urusan pajak, beban finansialnya terus menumpuk.

Pajak yang Menakutkan, Bukan Mencerahkan

Menurut Basuki, kasus seperti ini bukan satu atau dua. Ini adalah pola sistemik yang telah terbentuk selama puluhan tahun oleh birokrasi perpajakan: menciptakan rasa takut, kebingungan, dan ketidakberdayaan di masyarakat.

> “Petugas pajak tidak peduli dengan argumen dan pendapat wajib pajak. Yang mereka pikirkan hanyalah: ‘berapa yang bisa diperas dari rakyat’. Inilah realita yang ada,” tegasnya.

 

Di balik gedung Kantor Pelayanan Pajak yang megah, kata Basuki, sesungguhnya ada operasi psikologis yang menekan masyarakat agar merasa bersalah, bingung, dan tak mampu melawan. Padahal, banyak dari mereka sejatinya tidak bersalah—hanya keliru atau tidak paham.

GEMPA Indonesia: Melawan dengan Akal Sehat

Gerakan Moralitas Pajak Indonesia (GEMPA Indonesia) hadir sebagai respons terhadap sistem perpajakan yang tidak manusiawi dan tidak adil. INTAC berkomitmen mendorong masyarakat untuk menjadi kritis, cerdas, dan berani bersikap—bukan tunduk dalam ketidaktahuan yang dimanfaatkan oknum dan sistem.

> “Pemerintah tak akan pernah benar-benar melepas pajak secara adil ke masyarakat. Karena ketika masyarakat cerdas, mereka tidak bisa lagi dijadikan objek pemerasan. Inilah kenapa gerakan seperti GEMPA sangat penting,” ujar Basuki.

GEMPA Indonesia bukan sekadar gerakan hukum. Ini adalah gerakan moral, intelektual, dan sosial—sebuah ajakan untuk menata ulang relasi antara negara dan warga dalam hal yang paling sensitif: hak dan kewajiban pajak.

Adukan Masalah Pajak ke JPI Saja

Basuki mengajak siapa pun yang menghadapi persoalan pajak untuk melaporkan kasusnya ke Jaringan Publik Indonesia Sadar Pajak (JPI Saja), sebuah komunitas yang dikelola bersama oleh INTAC dan RDG.

> “Banyak kasus yang ditemukan INTAC. Adukan masalah pajak Anda ke JPI Saja. Siapa pun Anda, apa pun lembaga Anda, bergabunglah bersama JPI Saja,” ujarnya.

Basuki Widodo kini menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar JPI Saja dan menjadi salah satu penggerak utama GEMPA Indonesia.

Kontak Pengaduan JPI Saja:
📧 Email: triadinmedia@gmail.com
📱 WA Center: 0811-6411-3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *