PADANG,RELASIPUBLIK — Walikota Metro Lampung, dr. H. Wahdi Shiradjuddin menyampaikan bahwa mengaku sangat senang mempersiapkan aspek lingkungan berkelanjutan. Jadi, sangat penting, bagaimana mengubah perilaku manusia untuk mengelola sampah.
“Menjadikan sampah bernilai ekonomi, harus dimulai dari diri sendiri,” ucap Wako Wahdi yang mengaku sejak 2014 bergerak mengajak berbagai komunitas untuk mengelola sampah.
Targetnya, lanjut Wahdi, bagaimana ke depan, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, tidak ada lagi. Untuk apa menghabiskan uang untuk mencari lahan yang besar, untuk lokasi TPA Sampah
“Karena itu, bagaimana mulai dari rumah, sampah sudah kita kelola menjadi bernilai ekonomis,” ucap Wahdi dalam diskusi yang dipandu oleh Yayan, dari Coca-Cola Amatil Padang.
Saat ini, lanjut Wahdi, sudah mulai banyak tumbuh organisasi masyarakat yang konsen pada daur ulang sampah dengan membuat Bank Sampah Namun di banyak daerah, pemerintahnya tidak hadir di tengah kelompok pegiat daur ulang sampah ini, sehingga kelompok ini sulit untuk berkembang.
“Karena itu, pemerintah harus hadir memfasilitasi kegiatan mulia pegiat daur ulang sampah ini. Karena, kelompok ini sangat bermanfaat jasa dalam mengatasi kerusakan lingkungan dan menjadikannya bernilai ekonomis,” ungkap Wahdi.
Sementara itu Nazir Fahmi, Direktur Harian Padang Ekspress mengatakan, bagi media, persoalan lingkungan termasuk persoalan sampah, selalu menjadi bahasan menarik.
“Persoalan sampah sangat komplek. Bila tidak dikelola dengan baik, tentunya akan menjadi masalah lingkungan yang besar. Lihat saja pantai atau sungai, seringkali jadi tempat pembuangan sampah. Karena itu sangat menarik, bila sampah dikelola menjadi bernilai ekonomis,” kata Nazir Fahmi.
Sementar itu, Patrianan Yose, mengatakan bahwa sampah plastik memang menjadi permasalahan lingkungan bila tidak dikelola dengan baik.
“Bayangkan, bila sungai menghanyutkan 1 ton sampah plastik per hari, betapa ngeri kita melihatnya. Karena itu Saya punya cita-cita besar, bagaimana tiap kecamatan di Kota Padang punya mesin pengolah plastik, sehingga sampah bisa jadi sumber perekonomian alternatif,” ujar Yose.
Ema Latif dari organisasi daur ulang produktif mengatakan bahwa anggota kelompok daur ulang ini banyak yang menyebut orang orang gila. Karena, kelompok ini mengumpulkan sampah-sampah lalu dipilih untuk di daur ulang.
“Bagi bagi, tumpukan sampah adalah harta Karun, karena bila di kelola dengan baik akan menghasilkan uang,” ungkap Ema.
Sementara itu, dr. Yossi menyampaikan, sebenarnya sudah banyak pelatihan pelatihan pengolahan sampah, namun kendala yang terjadi, kurangnya respon pemerintah terhadap permasalahan ini. Seharusnya, pemerintah menangkap peluang ini, bagaimana produk hasil daur ulang sampah ini bisa dibantu Carikan pemasarannya. Karena, bila diharapkan pada UMKM itu sendiri, mereka hanya mampu memproduksi, tidak bisa memasarkan.
“Nah, seharusnya pemerintah daerah turut andil mencarikan solusi pemasaran agar semangat UMKM memilah sampah untuk bahan jadi yang bernilai bisnis, sehingga bisa menghidupi mereka. Apalagi usaha daur ulang sampah ini sangat membantu Pemda dalam mengatasi persoalan sampah yang jumlahnya sangat besar per harinya,” ucap dr. Yossi.(****)