Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
OpiniTERBARU

Rindu Iringan Takbir, Namun Pandemi Masih Menggila

306
×

Rindu Iringan Takbir, Namun Pandemi Masih Menggila

Sebarkan artikel ini

Oleh: Dewi Novita*

Sudah hampir 2 tahun Negeri kita ( Indonesia) dilanda penyakit yang tidak kelihatan oleh kasat mata manusia, yakni Corona penyebabnya Virus Covid -19, Virus yang sangat dahsyat membawa kematian bagi manusia baik itu tua, muda dan anak-anak sekalipun.

Virus Covid-19 telah menyebar ke mana- mana, bahkan sampai saat ini belum ada formula untuk mengatasi penyebaranya, sehingga berbagai cara dilakukan pemerintah, diantaranya menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dari tanggal 12 sampai 20 Juli 2021 lalu, agar bisa mengurai berkumpulnya banyak orang, sehingga penularan dapat diminimalisir.

Tidak hanya sampai disitu saja, karena dirasa masih adanya yang membandel dan semakin melonjaknya penyebaran, sampai ruang rumah sakit tidak bisa menampung pasiea, akhirnya PPKM Darurat kembali dilanjutkan dengan PPKM Level 4.T

Salah satu daerah yang terkena adalah kota ku, yakni Kota Padang  masuk dalam  penerapan PPKM level 4, pada 26 Juli sampai 2 Agustus 2021 mendatang.

Tentunya masyarakat harus Arif karena dilarang berkumpul di luar rumah jika tidak ada kepentingan, artinya lebih baik diam di rumah. Bukan hanya berkumpul bahkan sekolah-pun dilakukan di rumah, kegiatan kerja rutin (ASN) melalui rumah, dan warung, toko mall juga harus dibatasi jam operasional-nya.

Sedikit perbedaan untuk penerapan kali ini, pedagang kaki lima (PKL) diberikan keringanan untuk bisa buka dengan penerapan protokol kesehatan dan waktu yang dibatasi, termasuk pasar tradisional juga boleh buka dengan beberapa pembatasan-pembatasan.

Efek Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Lavel 4 yang di perpajang sampai 2 Agustus tersebut, lebih banyak orang menghabiskan waktu di rumah. Lain hal nya bagi orang yang suka jalan-jalan, senang bepergian tentu akan merasa jenuh dan bosan hanya menghabiskan hari-harinya dirumah setiap hari sejak di berlakukan PPKM Darurat .

Namun kejenuhan tersebut bisa menjadi berharga bagi ku dengan mencoba melakukan berbagai kegiatan, seperti, menanam bunga , memasak, belajar hal-hal baru melalui tutorial dan lainnya.

Dengan mencoba hal baru tersebut, sedikit menghibur diri dan amat terasa  bermanfaat tentunya. Namun kejenuhan dengan aktifitas baru terkadang timbul dan rasa ingin berkumpul dengan teman-teman sangat bergejolak, tetapi harus diredam demi punahnya Covid-19 dinegri tercinta Indonesia, seperti negara lain yang patuh aturan, Corona sudah sirna.

Ketika rasa bosan kembali lagi meronta, aku ingat dengan salah satu ajaran agama ku (Islam), dimana Tuhan mengatakan, “tidak akan ku rubah nasib seorang kaum, jika kaum itu tidak merubah-ny,” artinya Tuhan tidak akan menghentikan pandemi ini kalau kita tidak berusaha untuk menghentikannya.

Setiap kejenuhan datang setelah aku membantu orang tua, aku selalu mencari literasi berkaitan dengan pandemi, sehingga rasa ingin hura-hura dan berkumpul kembali sirna, apa lagi Tuhan mengatakan dalam ayat Nya, “jika ada suatu pandemi atau penyakit melanda sebuah negri, jangan lah kamu datang kedaerah itu, dan jika daerah mu diserang sebuah pandemi atau penyakit, janganlah kamu tinggalkan negri mu,” artinya kita disurun menahan diri dari gejolak hati untuk mendatangi penyakit, diantaranya berkumpul dengan tujuan tidak jelas.

Paling terasa ketika Memasuki Idul adha, dimana kesepianku semakin besar, kalau biasanya rumah yang kecil mungil yang ku huni  bersama kedua orang tua dan adik, selalu ramai oleh saudara dan keponakan yang datang dari kampung,  berkumpul dalam menyambut Idul Adha, kali ini tidak ada hiruk-pikuk itu.

Jangankan untuk berkumpul bersama keluarga di saat pandemi Covid -19 ini, untuk menuju kota ku saja mereka semua dibatasi dengan berbagai penyekatan, sehingga kita hanya bisa berkumpul melalu komunikasi wa atau lainnya, sambil berkelu-kesah meminta pada Ilahi agar pandemi ini cepat berakhir.

Seperti biasanya , malam usai sholat isya, kita selalu di hibur dengan suara takbir yang berkumandang di seluruh pelosok , serta anak- anak remaja mesjid yang selalu takbir keliling dengan iringan berbagai bunyian, di setiap perkampungan, itu tidak ada lagi.

Kslau hanya memikirkan rasa egois, maka kita berfikir terasa mati suasana di malam hari raya Idul Adha ini namun ketika kita berfikir kalau aturan harus dijalankan demi cepatnya negri ini pulih, maka kita semua akan patuh, walaupun esok pagi-nya penyembelihan hewan kurban juga sepi, tidak seperti dahulu sebelum pandemi, namun nilai ibadah-nya melalui niat yang ada tetap sama dan sampai pada Tuhan.

Aku tetap merindukan iringan takbir berkumandang, dengan berbagai keceriaan anak-anak, remaja dan orang tua, namun aku harus patuh aturan demi kembalinya kehidupan normal, dengan sirnanya virus Corona.

Aku rindu berkumpul bersama, dan dalam hati tetap bertanya, “Tuhan kapan pandemi ini akan berakhir?, Aku dan seluruh anak negri ini ingin menikmati kehidupan normal wahai Tuhan ku,” tapi jika kita tidak patuh aturan maka kerinduan ku serta kerinduan anak negri hanya sebatas angan, untuk itu mari kita patuh aturan, sehingga pandemi bisa berakhir, kehidupan normal kembali kita rasakan.

*Merupakan wartawati Relasi Publik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *